BMKG Ingatkan Ancaman Petaka Baru, Es Puncak Jaya Mau Punah
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, kondisi tutupan es atau ‘salju abadi’ di Puncak Jaya, Papua kini mengkhawatirkan. BMKG memperkirakan ketebalan es yang tersisa pada Desember 2022 hanya 6 meter.
Menurut BMKG, ‘salju abadi’ Puncak Jaya terus mengalami pencairan akibat dampak perubahan iklim. Terutama pada tahun 2015-2016, saat El Nino kuat melanda Indonesia, yang memicu suhu permukaan jadi lebih hangat. Akibatnya, gletser di Puncak Jaya mencair hingga 5 meter per tahun.
“Fenomena El Nino tahun 2023 ini berpotensi mempercepat kepunahan tutupan es Puncak Jaya. Realitas ini memiliki dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Rabu (23/8/2023).
“Ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam. Perubahan iklim juga berdampak pada kehidupan masyarakat adat setempat yang telah lama bergantung pada keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam di wilayah tersebut,” tambahnya.
Keberadaan ‘salju abadi’ Puncak Jaya menjadikan Indonesia sebagai negara tropis menjadi unik.
“Salju abadi di Puncak Jaya adalah sebuah keajaiban alam yang menarik banyak perhatian dari kalangan ilmuwan, peneliti, serta pecinta alam. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, dilaporkan terjadi penurunan drastis luas area salju abadi tersebut,” katanya.
Dia memaparkan, sejak tahun 2010, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) BMKG bersama Ohio State University, AS, telah melakukan studi terkait analisis paleo-klimatologi berdasarkan inti es (ice core) pada gletser Puncak Jaya.
“Hasilnya, sejak pengamatan dilakukan sampai saat ini, tutupan es di Puncak Jaya mengalami pencairan dan menuju kepunahan,” ujarnya.
“Pada 2010, tebal es mencapai sekitar 32 meter dan laju penipisan es sebesar 1 meter per tahun terjadi pada tahun 2010-2015. Kemudian saat terjadi El Nino kuat pada tahun 2015-2016, penipisan es pun mencapai 5 meter per tahun,” terangnya.
Pakar Klimatologi BMKG yang juga memimpin Studi Dampak Perubahan Iklim pada Gletser di Puncak Jaya Donaldi Sukma Permana menambahkan, dalam rentang waktu tahun 2016-2022, laju penipisan es mencapai 2,5 meter per tahun. Dari data yang ada, luas tutupan es pada tahun 2022 sekitar 0,23 kilometer persegi (km2) dan terus mengalami pencairan.
BMKG pun memperkirakan, ketebalan es yang tersisa pada Desember 2022 hanya 6 meter.
“Dampak nyata lainnya dari pencairan es di pegunungan ini adalah adanya kontribusi terhadap peningkatan tinggi muka laut secara global,” kata Donaldi.
Untuk itu, Dwikorita mengimbau kerja sama semua pihak untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga dan melindungi lingkungan.
“Upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim harus dilakukan bersama baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dan pihak terkait lainnya,” ujar Dwikorita.
“Pengurangan emisi gas rumah kaca dan penerapan energi baru dan/ atau terbarukan menjadi langkah penting yang harus segera dilakukan,” pungkasnya.
Info : Cnbcindonesia.com
BMKG Ingatkan Ancaman Petaka Baru
UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang