Fenomena Kulminasi Matahari Yang Terjadi di Indonesia

Fenomena kulminasi Matahari menjadi salah satu peristiwa astronomi yang terjadi di bulan Februari 2023. Saat ini, fenomena tersebut masih berlangsung di Indonesia.

Fenomena astronomi tersebut akan berlangsung selama 44 hari, sejak 20 Februari dan akan berakhir pada 5 April 2023. Kulminasi Matahari akan kembali terjadi pada 8 September-22 Oktober 2023 mendatang.

Edukasi Sains Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan fenomena ini adalah kondisi saat Matahari berada di titik tertinggi saat tengah hari. Menurut Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang, terkadang istilah kulminasi ini juga dipertukarkan dengan ‘transit’, yang bermakna pada melintasnya objek langit yang lebih kecil di depan objek langit yang lebih besar.

Lebih lanjut Andi menjelaskan bahwa istilah kulminasi secara khusus merujuk pada kondisi di mana Matahari berada di titik zenit atau tepatnya di atas suatu lokasi di permukaan Bumi.

Kulminasi Matahari hanya terjadi di wilayah yang terletak di antara dua garis balik. Di antaranya garis balik utara dan garis balik selatan.

Kenapa fenomena kulminasi Matahari bisa terjadi di Indonesia?

Penyebab kulminasi Matahari di Indonesia, karena negara kita berada di wilayah garis balik tersebut, sehingga dapat mengalami fenomena astronomi ini. Selain itu, letak astronomis yang berada di 6° LU – 11° LS, oleh karenanya, Indonesia dapat mengalami fenomena kulminasi Matahari. Saat peristiwa ini terjadi, maka Matahari akan berada di atas Indonesia selama 44 hari.
Fenomena ekuinoks juga menjadi bagian dari kulminasi Matahari, yang juga terjadi di Indonesia. Ini terjadi karena garis khatulistiwa negara kita.

  • Sedikitnya ada 11 kota di Indonesia yang dilalui oleh garis khatulistiwa, kota-kota tersebut antara lain sebagai berikut :
  • Sumatera Barat: Pasaman Barat, Koto Alam, dan Bonjol
  • Riau: Pangkalan Lesung, Lipat Kain dan Tanjung Teludas (Kepulauan Riau)
  • Kalimantan Barat: Pontianak
  • Kalimantan Timur: Santan Hulu
  • Sulawesi Tengah: Tinombo Selatan
  • Maluku Utara: Kayoa
  • Papua Barat Daya: Raja Ampat.

Fenomena kulminasi Matahari tak sekadar peristiwa astronomi semata, karena bagi kebudayaan Jawa dan Bali, terutama bidang pertanian, kulminasi menjadi penanda pergantian musim.

Dikenal sebagai penanda pergantian mangsa kawolu (bulan musim kedelapan) ke mangsa kasanga (bulan musim kesembilan), sekaligus menjadi penanda pergantian mangsa katelu (bulan musim ketiga) ke mangsa kapat (bulan musim keempat), serta menandai pergantian musim kemarau ke penghujan.

Ada pun dampak dari fenomena ini adalah intensitas radiasi matahari dapat mencapai maksimal.

Nilai radiasi Matahari saat kulminasi mencapai maksimal karena sudut penyinaran Matahari mencapai sudut 90 derajat, sehingga kondisi ini akan meningkatkan suhu di permukaan bumi yang mengalami kulminasi. Kendati demikian, fenomena ini juga bukan satu-satunya yang dapat meningkatkan suhu udara. Sebab, peningkatan suhu udara juga dapat dipengaruhi atau disebabkan oleh faktor lain, yang umumnya akibat faktor cuaca atau secara meteorologis dan iklim atau klimatologis suatu wilayah.

Sumber informasi dari kompas.com

Enny Tri Wahyuni

UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang

About the author : Ennyie Three
Tell us something about yourself.