Jawi Adalah Nandini Tunggangan Batara Guru
Hewan jawi adalah hewan ternak dari famili Bovidae dan subfamili Bovinae.
Jawi menjadi peliharaan terutama untuk penggunaan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingan, serupa kulit, isi perut, tanduk, dan kotorannya juga berguna untuk berbagai keperluan manusia. Di sejumlah tempat, jawi terpakai pula sebagai alat transportasi, pengolahan lahan tanam (bajak), dan alat industri lain (serupa peremah tabu). Karena banyak kegunaan dari jawi maka menjadi bagian dari berbagai kebudayaan manusia sajak lama.
Kebanyakan jawi ternak awalnya merupakan keturunan dari jenis berbeda yang terkenal sebagai Auerochse atau Urochse (baca auerokse, Bahasa Jerman yang berarti “sapi kuno”, nama ilmiah: Bos primigenius). Jenis ini sudah punah di Eropa sajak 1627. Namun, ada sejumlah spesies jawi lain yang katurunannya mengalami domestikasi, temasuk jawi Bali yang banyak diternakkan di Indonesia.
(Terjemahan Wikipedia : Jawi, Bahasa Minang)
Dalam pengertian secara langsung, gamblang (literal/letterlijk) bahwa jawi adalah sapi atau lembu atau Nandini / (H)Andini. Hal ini tidak berarti bahwa nama Pulau Jawa atau Jawi adalah pemberian oleh orang Minang. Ini juga tidak berarti bahwa arti nama Pulau Jawa / Jawi itu jelek atau mengandung ejekan. Jawi di sini berkaitan erat dengan Batara Guru.
Batara Guru adalah sosok dewa yang menguasai 3 dunia secara semiotika. Sejumlah masyarakat daerah baik di Indonesia maupun negara lain yang masih menyimpan kuat dan memiliki semiotika Batara Guru ini, antara lain : Tanah Batak, Jawa, Bugis, Luwu dan India. Nama lain Batara Guru yang terkenal hingga saat ini di antaranya sebagai Sang Hyang Manik Maya atau Siwa atau Bhattara Guru atau Debata Batara Guru atau Batara Siwa atau Maha Dewa.
Batara Guru Atau Siwa Menunggang Nandini Atau Jawi
Penggambaran Batara Guru di setiap daerah tentu saja bisa berbeda mengikuti asal sejarah dan perkembangan kebudayaan masing-masing daerah tersebut, termasuk soal hewan tunggangan Batara Guru. Di Tanah Batak Batara Guru tergambarkan memiliki tunggangan kuda. Sedangkan di Luwu dan Bugis tidak menyebutkan soal tunggangan Batara Guru.
Bahkan di Luwu penggambaran Batara Guru adalah tidak berbentuk, kuat, tidak terlihat dan tidak dapat ditemukan. Karena ia adalah segalanya, tanpa batas, tanpa pusat, tanpa ujung, tanpa kekosongan. Anggapan sempurna tanpa wujud yang adalah segalanya, di semua ruang semesta dan sepanjang waktu.
Uniknya di Jawa dan India penggambaran Batara Guru menunggangi Nandini. Nandini yang tentu secara semiotika tergambar dengan sifat tak kenal takut. Nandini juga lambang dari kemakmuran atau kekayaan.
Figur Nandini banyak terwujud pada bentuk arca pada percandian di Jawa. Terutama dari periode Medang Mataram, khususnya pada percandian dengan tema utama Dewa Siwa. Inilah alasan paling kuat bahwa pada akhirnya salah satu pulau Karatuan di Laut Kidul memiliki nama Jawi atau terkenal sebagai Pulau Jawa saat ini.
Sejarah Nama Pulau Jawa
Menurut Abah Uci sebagai pelaku Budaya Sunda, “Sumedang Larang” adalah sebutan Pulau Jawa sebelumnya, pengganti nama “Medang Kamulan” (Medang Kamuliaan/Kamulyan). Alasan penggantian nama ini karena cacat hukum gara-gara para raja Nusantara bersengketa di Bogor sampai terjadi perang. Lalu, Maharaja Nusantara Rakean Wastu Kancana (Wastu = Gelar, Kancana = Cahaya) atau Prabu Siliwangi turun tangan menghentikan peperangan. Sejak itu, Rakean Wastu Kancana mengganti Medang Kamulan jadi “Sumedang Larang” (Su = Agung, Medang / Uma Da Hyang = Makmur, Larang = Suci).
Begitulah pada umumnya sebagian sejarah Bangsa Indonesia ibarat puzzle yang tidak lengkap oleh berbagai alasan. Terutama karena upaya penghapusan dan pembelokan sejarah. Saking takutnya banyak pihak dan kepentingan terhadap kehebatan dan kecerdasan leluhur Bangsa Indonesia.
KEBANGKITAN BATARA GURU..!!!
Ini yang paling menjadi ketakutan seluruh lembaga religi di dunia, termasuk kartel farmasi serta negara-negara maju, dan sebagainya. Mereka telah merahasiakan kehebatan dan kecerdasan manusia selama ratusan tahun, bahkan mungkin sejak ribuan tahun lalu, demi melanggengkan kepentingan dan kekuasaan.
Sejumlah sumber bacaan untuk melengkapi lebih rinci :
- Nandini
- Jawi (Bahasa Minang)
- Batara Guru (Bahasa Indonesia)
- Batara Guru (Bahasa Inggris)
- Kisah Batara Guru Dalam Mitologi Suku-suku Di Indonesia
- Abah Uci / Lucky Hendrawan
Jawi Adalah Nandini
UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang