Karena penyebab stunting ternyata tidak melulu hanya karena kurangnya gizi pada anak balita. Lebih dari itu sebab masalahnya bisa lebih kompleks, seperti pendapatan dari keluarga yang kurang mencukupi, kesehatan dan kesiapan dari orang tua dalam berumah tangga (karena pernikahan dini), lingkungan tempat tinggal yang kurang higenis, atau sanitasi dan sarana mandi, cuci, kakus yang tidak sehat, termasuk masih adanya keterbatasan terhadap akses pada air bersih. Stunting juga bisa sebab oleh infeksi pada balita yang berulang kali, atau karena keturunan. Oleh karena itu, penyelesaian terhadap masalah stunting pun harus berlaku dengan berbagai cara secara terintegrasi dan kolaboratif, oleh berbagai pihak atau instansi selaku pemangku kepentingan.

Lebih lanjut, Suahasil menjelaskan bahwa penurunan stunting merupakan program prioritas nasional sehingga perlu tersedia anggaran khusus melalui DAK yang pemberian dalam berbagai macam alokasi, yakni melalui bantuan operasional kesehatan stunting, bantuan operasional keluarga berencana, serta dana ketahanan pangan dan pertanian. Anggaran penurunan stunting dari APBN tersalurkan melalui Pemerintah Provinsi-Kabupaten/Kota sesuai kewenangan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Alokasi anggaran tersebut harapan menjadi bagian dari orkestrasi dengan dana daerah sendiri untuk menurunkan stunting.

Semakin banyak daerah yang akan mendapatkan intervensi dari seluruh pemerintah pusat untuk menangani stunting, pemerintah daerah harapan lebih optimal dalam menagani stunting di daerah masing-masing, secara terintegrasi dan berkolaborasi menurunkan prevalensi stunting di Indonesia sebagai upaya mendorong Indonesia Maju.

Dukungan pendanaan program penurunan stunting telah diberikan dengan jumlah yang begitu besar, melalui berbagai kanal penyaluran yang sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.

About the author : Tim Kreatif
Tell us something about yourself.