Riset Perbaikan Sektor Pendidikan Dan 8 Harapannya
Riset Perbaikan Sektor Pendidikan menurut laporan Next Generation Indonesia British Council. Riset tersebut mendapati, anak muda Indonesia menilai sektor pendidikan sebagai bidang masalah yang paling membaik dalam beberapa tahun mendatang.
Guy Allison dkk dalam laporannya menunjukkan, bahwa anak muda usia 16-35 di riset ini belum merasakan dampak perubahan kualitas pendidikan Indonesia. Yakni dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka saat periode penelitian, para anak muda tersebut merasa optimis akan masa depan pendidikan di negara ini.
“Dan (anak muda Indonesia) menilai sektor pendidikan adalah tiga besar bidang masalah di Indonesia yang akan membaik dalam 5 tahun mendatang,” lapor Allison dkk, dikutip Kamis (2/3/2023).
8 Harapan Anak Muda di Dunia Pendidikan
- Investasi setara dalam pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah terpencil dan wilayah Indonesia timur, untuk merespons masalah kualitas dan infrastruktur pendidikan.
- Peningkatan di bidang kualitas dan pelatihan guru, khususnya di pendidikan tingkat rendah.
- Kecocokan yang lebih baik antara skill yang terdapat di sekolah dengan pemberi kerja, khususnya kecakapan praktis seperti kecakapan IT, keuangan, literasi bisnis, dan bahasa Inggris.
- Hubungan yang lebih jelas antara institusi pendidikan dan pemberi kerja untuk membantu anak muda bertransis dari dunia pendidikan ke dunia kerja.
- Peningkatan dan pengembangan program dukungan finansial yang membantu anak muda tidak putus sekolah dan kembali ke sekolah.
- Lebih banyak peluang beasiswa untuk anak muda dari latar belakang sosioekonomi rendah untuk studi di luar negeri.
- Penekanan lebih kuat dalam membimbing talenta kreatif dan inovasi di ruang kelas, contohnya seperti mendorong kecakapan menulis, musik, dan desain grafis.
- Adopsi teknologi lebih besar dalam metode pengajaran, dan tidak mengurangi ketergantungan pada metode pengajaran dengan buku teks, kertas, dan pulpen.
Laporan ini juga menunjukkan bahwa kurikulum, perkembangan skill praktis, pengajaran, metode pengajaran, dan fasilitas menjadi hal prioritas yang diharapkan membaik.
Lebih lanjut, anak muda Indonesia juga mengkritisi guru yang menggunakan kekerasan dan acuh tak acuh. Metode pengajaran pasif dan berbasis utama teori saja, kelas yang terlalu padat, serta kurangnya sumber daya dan fasilitas memadai.
“Anak muda juga menyadari kurangnya implementasi teknologi di sekolah, baik di metode pengajaran dan perangkat yang tersedia untuk siswa. Hal-hal ini bisa mempengaruhi ketertarikan anak muda dengan pendidikan secara signifikan,” lapor Allison dkk.
“Kurangnya kualitas pendidikan dapat membuat siswa mempertanyakan manfaat praktis atas pendidikannya, serta membuat mereka tidak berminat menjalani pendidikan, dan dalam sejumlah kasus, putus sekolah,” imbuhnya.
Di sisi lain, pengaruh dan tekanan orang tua juga berpengaruh atas putus sekolahnya siswa. Sebagaimana orang tua Indonesia umumnya jadi pengambil keputusan hidup anaknya. Anak muda kerap putus sekolah karena tekanan untuk segera menghasilkan uang dan membantu perekonomian keluarga.
“Dalam sesi penelitian kualitatif kami, anak muda kerap menyatakan penyesalannya dan menyambut peluang untuk kembali bersekolah,” pungkasnya.
Info : Detik.com
Riset Perbaikan Sektor Pendidikan
UT Hong Kong & Macau; Desain Website oleh Cahaya Hanjuang