Semangat Menggapai Cita-cita

Hi, saya Elis yang dulu sejak kecil SD, SMP, SMA tidak pernah berpikir untuk menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Cita-cita saya sejak kecil adalah ingin menjadi guru. Alasan saya memilih cita-cita jadi guru adalah ingin mengurangi serta memberantas kebodohan yang ada di Indonesia. Namun cita-cita saya berubah setelah saya menginjak bangku SMA yaitu ingin menjadi perawat.

Alasan saya mau menjadi perawat itu karena punya peluang pekerjaan yang bagus setelah selesai kuliah. Setelah saya mendaftar di sebuah universitas kesehatan saya menunggu informasi kelulusan. Beberapa hari kemudian orang tua saya berunding tentang biaya kuliah tersebut.

Semangat Menggapai Cita-cita

Kemudian kami berfikir jika kuliah nanti bagaimana dengan biayanya. Mungkin tidak akan mereka penuhi, karena faktor ekonomi yang pas-pasan dan masih ada adik-adik saya yang butuh biaya sekolah juga.

Saat itupun saya tidak berpikir panjang, saya langsung cari jalan untuk bagaimana caranya bisa pergi jauh atau merantau. Karena saya tidak mau membebani orang tua juga, serta tidak mau adik-adik saya gagal dalam pendidikan.

Saya menghubungi kakak perempuan yang kebetulan waktu itu sedang bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia di Malaysia. Lalu bertanya prosedur dan syarat-syarat untuk berangkat ke luar negeri. Kemudian saya menghubungi nomor pengurus lapangan (PL) dari kakak saya.

Kemudian saya menghubungi nomor tersebut, dan berangkat dengan tekat yang kuat dan berjanji pada diri sendiri bahwa siap merantau dan akan menyimpan modal untuk biaya kuliah.

Beruntungnya waktu itu mengurus berkas terbantu oleh “orang dalam, tidak seperti sekarang yang serba digital dan harus benar-benar asli. Yang orang tua saya ketahui, saya pergi ke kota untuk bekerja di sebuah warung, bukan merantau apalagi menjadi PMI karena mereka tahu saya sangat tidak suka bekerja sebagai PMI. Karena dulu saya selalu beranggapan bahwa menjadi PMI itu kita akan dijual, dicabuli dan dieksploitasi karena cerita-cerita yang saya dengar itu selalu negatif tentang PMI

Proses pengurusan berkas saya lengkap dalam 2 minggu dan dalam 1 bulan saya masuk ke Malaysia setelah keluar dari rumah. Sesudah di Malaysia nama saya beserta teman-teman yang lain diumumkan melalui sebuah station radio di Kabupaten bahwa lulus tes keperawatan dan harus bersedia menjauh dari orang tua.

Namun apalah daya saya tidak mengetahuinya. Orang tua dan saudara-saudara saya merasa senang tapi saya tidak di rumah, kata Bapak saya. Sedih, kecewa dan sakit hati yang amat mendalam saat mendengar apa yang mereka ceritakan setelah 3 tahun saya pulang ke rumah. Tetapi waktu tidak bisa di putar kembali. Sebelum kembali ke rumah saya sudah bertekad untuk lanjut kuliah karena sudah punya modal tapi setelah di rumah hilanglah tekad saya karena keadaan rumah yang sudah tidak nyaman untuk dihuni.

Akhirnya saya memberikan semua modal yang saya siapkan untuk memperbaiki rumah, dan berniat pergi merantau 2 tahun lagi kemudian pulang untuk kuliah. Setelah 2 tahun kembali ke rumah ternyata uang yang saya berikan ke orang tua untuk membenahi rumah itu salah dimanfaatkan.

Di sisi lain nama saya dikeluarkan dari kartu keluarga. Saya sempat depresi dan stres sampai tidak mau bertemu dengan keluarga apalagi orang tua. Di tengah situasi yang tidak baik-baik saja, saya berperang batin. Saya mengalami kecelakaan dan masuk rumah sakit pun tidak dihiraukan oleh orang tua dan keluarga.

Saat itupun kondisi keuangan saya tidak stabil karena menganggur atau tidak bekerja.

Setelah keluar dari rumah sakit, saya mencoba berbagai alternatif untuk sembuh total, dan segera mengambil keputusan untuk merantau lagi dan pergi ke Hong Kong. Kemudian masuk ke Balai Latihan Kerja (BLK), lalu beberapa bulan kemudian saya dan teman-teman terpilih untuk ikut sosialisasi tentang Universitas Terbuka di Luar Negeri terutama yang tujuan Hong Kong karena memiliki libur setiap hari Minggu.

Setelah mengikuti sosialisasi saya mulai bersemangat dan bertahan karena ingin mewujudkan cita-cita. Proses saya untuk ke Hong Kong menghabiskan waktu selama 2 tahun. “Tujuan saya ke Hong Kong adalah untuk mewujudkan cita-cita. Terima kasih Hong Kong, Terima kasih Universitas Terbuka Indonesia. Semoga cita-cita saya tercapai. Semangat Berjuang”

Kisah dari Elisabeth Almet

Semangat Menggapai Cita-cita

UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang

About the author : Elisabeth Almet
Bekerja, Belajar dan Berkarya. Semangat Berproses.