Halo, Generasi Z
Sebutan untuk klasifikasi antar generasi di Indonesia sudah kita kenal sejak lama. Netizen pasti sudah tidak asing lagi dengan mereka yang menyandang gelar Generasi X, millenial, Gen Z dst.

Berikut klasifikasinya :
- Generasi Pre Boomer (sebelum 1945)
- Generasi Baby Boomers (1946-1964)
- Generasi X (1965-1980)
- Generasi Y atau Millenial (1981-1995)
- Generasi Z (1996-2010)
- Generasi Alpha (2011-sekarang)
Tersebut adalah klasifikasi secara umum yang kita pahami dari beberapa sumber di internet. Namun ada beberapa sumber lain yang membagi generasi dengan perbedaan selisih 2 atau 3 tahun dalam setiap generasinya.
Di sini kita akan lebih fokus membahas generasi Z, karena mereka yang digadang-gadang bakal menjadi bonus demografi saat Indonesia mencapai masa emas, yaitu berusia 100 tahun kemerdekaan pada 2045 mendatang. Pada tahun 2045 mereka para Gen Z ini akan berusia sekitar 35-49 tahun. Merekalah calon pemimpin masa depan yang diharapkan akan membawa perubahan besar untuk kemajuan Indonesia.

Mengenal Generasi Z
Seperti yang kita ketahui bahwa Gen Z merupakan generasi yang lahir pada kisaran tahun 1996 sampai 2010. Gen Z adalah generasi yang masih muda dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi sejak lahir. Mereka menjadi generasi pertama yang tumbuh dengan smartphone dan media sosial.
Karakteristik umum yang dimiliki Generasi Z seperti:
- Melek teknologi
- Kreatif
- Menerima perbedaan
- Peduli terhadap sesama
- Senang berekspresi dan mengeksplorasi diri
- FOMO (Khawatir dan Takut Ketinggalan Tren yang Ada)
- Kecemasan dan Tingkat Stres yang Tinggi
- Mudah Mengeluh dan Self Proclaimed
- Mudah terbawa perasaan (Baper) dan masalah mental health
- Butuh sering melakukan healing
- Menyandang sebutan “generasi strawberry” (secara tampilan bagus dan smart, tetapi mudah kena mental)

Mengutip sumber umsida.ac.id, ciri-ciri Generasi Z memiliki karakteristik sebagai generasi yang terbuka terhadap berbagai hal, seperti isu sosial dan lingkungan, multikulturalisme, dan kemajuan teknologi.
Mereka tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, selalu ingin tahu, selalu menjelajah pengetahuan baru, dan berjiwa petualang. Jika ada masalah tertentu, mereka lebih berat untuk menyuarakannya. Mereka lebih beragam, bersifat global, serta memberikan pengaruh yang besar pada budaya dan sikap masyarakat kebanyakan.
Peran Orang Tua Terhadap Generasi Z
Yang pertama yaitu tech savvy. Dengan perubahan teknologi dan internet, generasi ini bisa mendapatkan hampir semua yang mereka inginkan dengan mudah. Informasi apapun itu, mereka bisa dapatkan semua melalui gadget. Oleh karena itu, kontrol dan pengawasan dari orang tua sangat diperlukan bagi generasi ini.
Kedua yakni menjunjung tinggi toleransi, pluralisme, dan keadilan. Gen Z percaya bahwa semua orang memiliki derajat yang sama dan berhak diperlakukan secara adil. Generasi ini juga rawan mengalami depresi. Hal ini juga menjadi catatan bagi orang tua karena mereka cenderung membandingkan diri, merasa kurang update, dan sangat bergantung pada social network.
Mereka juga sensitif pada kegagalan, karena media sosial hanya menampilkan hal-hal yang baik saja (pencitraan). Hingga dapat menimbulkan ketidakpercayaan diri bahkan stres.
Namun, generasi ini akan fokus dan berkomitmen jika mereka merasa bahwa suatu hal memang relevan bagi kehidupannya. Dan bersedia menggunakan kesempatan untuk membuka diri terhadap orang lain yang memberikan dampak positif bagi mereka.
Orang tua sebagai pendidik tingkat pertama dalam lingkungan keluarga perlu berinvestasi waktu dan usaha dalam memahami generasi Z agar dapat membimbing dan memengaruhi mereka secara positif.

Generasi Z Dalam Mengakses Dunia Pendidikan
Gen Z cenderung lebih skeptis dan membutuhkan konteks yang kuat untuk merasa bahwa apa yang mereka pelajari memiliki relevansi dengan kehidupan nyata mereka. Jadi mereka hanya tertarik dengan hal-hal yang mereka rasa benar-benar mereka butuhkan dan membawa manfaat secara nyata dalam kehidupannya.
Gen Z cenderung overthinking dan over rationalizing, oleh karena itu, mereka akan cocok dengan materi pelajaran yang tersaji dengan cara yang relevan dengan kehidupan mereka.
Siswa Gen Z cenderung mencari justifikasi dan relevansi ilmu dalam kehidupan nyata. Mereka ingin tahu mengapa mereka harus belajar sesuatu. Gen Z akan selalu mempertanyakan apa keuntungan nyata yang bisa mereka dapatkan jika belajar hal tersebut. Mereka lebih pragmatis dan menuntut keuntungan jangka pendek.
Generasi Z hidup di era informasi berlimpah. Mereka merasa bisa mencari pengetahuan secara mandiri melalui internet. Jadi mereka cenderung lebih mandiri dalam belajar, terutama dalam mengatasi permasalahan teknologi, seperti instalasi perangkat lunak. Para generasi Z memiliki kemampuan digital yang kuat, dan bisa menemukan solusi sendiri tanpa bantuan eksternal.

Strategi Untuk Para Pendidik Dalam Membimbing Gen Z
Mendukung Generasi Z dengan memberikan justifikasi yang relevan dan bukti konkret akan sebuah ilmu pengetahuan, bisa membantu meyakinkan mereka akan pentingnya suatu hal dan mengatasi keragu-raguan.
Maka bagi para pengajar, guru atau dosen perlu memberikan nilai tambah yang unik di kelas, mengajarkan sesuatu yang belum siswa ketahui dan memotivasi mereka untuk belajar. Penting bagi para pengajar untuk menjelaskan hubungan antara materi yang diajarkan dan dampaknya pada kehidupan nyata siswa agar siswa merasa termotivasi dan terlibat.
Pengajar harus membuktikan bahwa ilmu yang mereka ajarkan relevan dan berguna dalam kehidupan nyata. Mereka harus menjadi inspirator di kelas.
Interaksi positif dengan pengajar yang inspiratif dapat memotivasi siswa Gen Z dan memaksimalkan potensi mereka dalam dunia digital.
Para pendidik perlu merefleksikan peran mereka dalam mempersiapkan generasi Z untuk masa depan yang lebih baik, dan berusaha untuk memotivasi mereka menjadi generasi yang berkontribusi positif bagi masyarakat dan negara. Temukan energi anda sebagai pendidik dan harus mampu mempertahankan energi positif dalam mendidik dan mengajar.
Jangan hanya mengajar gramatika, namun sangat perlu untuk selalu berusaha menginspirasi siswa agar tertarik dengan apa yang diajarkan. Guru dan dosen perlu mencari cara untuk menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Para pendidik perlu melakukan pengembangan diri yang terus menerus. Bukan hanya di bidang ilmu yang diajarkan tetapi juga di bidang-bidang lain yang relevan. Fokus pada peningkatan kualitas pendidik adalah kunci dalam pengembangan pendidikan yang lebih penting dari pada fasilitas fisik sekolah atau kampus.
Pendidik sangat perlu menanamkan nilai-nilai yang luhur dalam masyarakat namun dengan cara yang smart dan menarik, agar mereka tetap merasa hal itu penting dan relevan, dan tidak menganggapnya sebagai nilai tradisi yang sudah ketinggalan jaman.
*dari berbagai sumber penelitian