AI Berpotensi Merusak Intelektualitas Manusia

Belakangan sedang ramai akan penerapan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di dunia kerja. Melansir dari laman Tech Target, AI adalah simulasi proses kecerdasan manusia oleh mesin, terutama sistem komputer. Aplikasi spesifik AI meliputi, expert system, pemrosesan bahasa alami, pengenalan suara, dan machine vision.

Lantas adakah dengan kehadiran AI bisa membuat manusia bisa lebih cerdas?

Kehadiran kecerdasan buatan (AI) tak lantas membuat manusia menjadi semakin cerdas. Sejumlah pakar menyebut, AI hanya akan membuat manusia berpikir lebih cepat namun tidak lantas pasti akurat.

Dalam sebuah buku berjudul “I, Human – AI, Automation, and the Quest to Reclaim What Makes Us Unique.” Profesor psikologi bisnis dan Chief Innovation Officer di ManpowerGroup, Tomas Chamorro-Premuzic menyebutkan. Bahwa era AI mengharuskan otak kita untuk selalu waspada terhadap perubahan kecil dan bereaksi dengan cepat. Serta mengoptimalkan kecepatan daripada keakuratan.

Duh Ternyata AI Bisa Rusak Intelektualitas Manusia, Ini Penjelasannya Menurut Ahli!

Pakar ekonomi perilaku (behavioral economist) itu menyebut fenomena tersebut sebagai mode Sistem 1. Yaitu mode ketika manusia melakukan pengambilan keputusan yang impulsif, intuitif, otomatis, dan tanpa tersadari. Dampaknya, manusia berubah menjadi kurang sabar.

Bereaksi dengan cepat atau mempercayai intuisi memang bukan sesuatu yang buruk. Masalah muncul ketika sikap tidak sabar menjadi cara utama dalam mengambil keputusan.

Mengutip Engadget, hal tersebut menyebabkan kita membuat kesalahan dan merusak kemampuan kita untuk mendeteksi kealpaan itu.

Tomas menyebut intuisi bisa jadi membantu, tetapi itu harus diperoleh dengan susah payah. Misalnya, para ahli dapat berpikir dengan cepat karena mereka telah menginvestasikan ribuan jam untuk belajar dan berlatih. Hasilnya, intuisi mereka telah tergerakkan oleh data.

Dengan demikian mereka dapat bertindak cepat sesuai dengan keahlian yang telah terinternalisasi dan pengalaman berbasis bukti. Sayangnya, kebanyakan orang bukanlah ahli meskipun mereka sering berpikir demikian.

Sebagian besar dari kita, terutama saat berinteraksi dengan orang lain di social media, bertindak dengan kecepatan, ketegasan, dan keyakinan layaknya seorang ahli. Menawarkan berbagai macam pendapat tentang epidemiologi dan krisis global, tanpa substansi pengetahuan yang mendukungnya.

Kehadiran AI dapat membuat pesan kita tersampaikan kepada audiens dengan lebih mudah berkat informasi yang diberikannya. Sayangnya, AI bisa saja salah, dan pengetahuan kita yang terbatas bisa saja mengafirmasi informasi tersebut.

Info : cnnindonesia.com

AI Berpotensi Merusak Intelektualitas Manusia

UT Hong Kong & Macau; Desain Website oleh Cahaya Hanjuang

About the author : Nunik Cho
I'm nothing but everything