AI dan Kecemasan Masa Depan Terhadap Pekerjaan
Kemunculan ChatGPT dianggap mengesankan. Inovasi dari penggabungan teknologi pemahaman dan pengolahan bahasa alami ini terbukti membantu tugas manusia. Namun, muncul pula kekhawatiran soal masa depan pekerjaan manusia.
Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence/AI telah mengubah cara manusia melakukan pekerjaan.
Inovasi terbaru ChatGPT
Seperti ChatGPT yang menggabungkan teknologi pemahaman bahasa alami atau natural language understanding/NLU. Serta pengolahan bahasa alami atau natural language processing/NLP. Terbukti mampu menyelesaikan tugas yang memakan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, atau bertahun-tahun bagi manusia.
ChatGPT adalah model bahasa kecerdasan buatan besar (large language model) yang terlatih pada basis data teks yang besar untuk mereplikasi komunikasi manusia. Dalam waktu singkat, kemampuannya telah menarik perhatian banyak orang.
Sesuai laporan UBS melalui Reuters, ChatGPT telah menggaet 100 juta pengguna hanya dalam dua bulan, jauh lebih cepat ketimbang TikTok yang membutuhkan sembilan bulan untuk mencapai tonggak sejarah yang sama.
Microsoft, sebagai investor OpenAI, pengembang ChatGPT, telah menanamkan teknologi itu dalam mesin pencari Bing. Hal ini menginspirasi perusahaan teknologi raksasa lainnya, seperti Google, untuk segera mengembangkan inovasi serupa. Google mengembangkan Bard dan Meta.
Meta Merilis LLaMA
Mark Zuckerberg, CEO Meta, mengumumkan bahwa Meta akan merilis model bahasa besar baru bernama LLaMA. Yang akan membantu para ilmuwan dan insinyur mengeksplorasi aplikasi untuk kecerdasan buatan. Seperti menjawab pertanyaan dan meringkas dokumen.
Meta juga mengatakan akan membuat modelnya tersedia untuk publik penelitian dan mengambil aplikasi dari para peneliti. Model yang mendasari LaMDA Google dan ChatGPT OpenAI tidak bersifat publik.
Meskipun memicu kegilaan terhadap inovasi kecerdasan buatan yang baru, popularitas ChatGPT juga semakin memicu kekhawatiran. Bahwa AI dapat mengganggu atau bahkan mengambil alih pekerjaan manusia.
Salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak, mengaku skeptis terhadap ChatGPT. Potensi masalah yang muncul adalah membuat kesalahan yang mengerikan karena tidak mengetahui apa itu kemanusiaan.
AI Dan Kecemasan Masa Depan, Menggantikan Pekerjaan Manusia
Akan tetapi, ada beberapa aspek pekerjaan manusia yang sudah tergantikan oleh AI. Peneliti kecerdasan buatan, Wahyu Adi Setyanto, mencontohkan, desainer grafis dapat memberikan masukan teks kepada mesin AI untuk membuat logo. Lalu, mesin itu akan meng-generate dan menghasilkan rangkaian piksel membentuk logo.
Pada aspek lainnya, manusia cenderung menganggap kecerdasan buatan sebagai ”teman kolaborasi” untuk menghasilkan karya. Contoh ini, antara lain, telah dilakukan oleh para pemrogram yang biasa menuliskan kode-kode bahasa pemrograman.
”Enam tahun terakhir, perkembangan kecerdasan buatan luar biasa cepat, berusaha mengikuti cara kerja kognitif otak manusia. Bahkan, perkembangan terkini kecerdasan buatan berusaha menggabungkan inovasi computer vision. Yang meniru cara kerja iris mata manusia. Tujuannya, menghasilkan translasi bahasa yang lebih baik,” kata Wahyu di Jakarta, Jumat (24/2/2023).
Menurut Wahyu, hal yang perlu kita khawatirkan sekarang adalah efek samping dari produk kecerdasan buatan. Cara pengumpulan data, misalnya. Permasalahannya bisa berupa pemakaian sumber data yang tidak sah. Kemudian, proses menyandi data-data tersebut dilakukan oleh pengembang yang tidak memiliki kesadaran etis. Akibatnya, produk yang terhasilkan bisa jadi semakin memperkuat sentimen terhadap kelompok minoritas, jender, dan bentuk diskriminasi lainnya.
”Untuk menyamai manusia, tampaknya (perkembangan) kecerdasan buatan belum sampai. Hal yang justru membuat cemas sekarang adalah bagaimana jika tim peneliti berasal dari kelompok homogen,” katanya. Solusi mengatasi potensi masalah ini adalah membuat kartu modul. Yang memungkinkan setiap sumber data terdeskripsikan kapan dan untuk apa.
Pemetaan AI
Dosen pada Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Sunu Wibirama mengatakan. Fenomena cepatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan tidak bisa kita lawan. Di kalangan akademisi telah timbul perasaan khawatir sampai sejauh mana batas kecerdasan buatan. Termasuk model bahasa besar, akan berkembang.
”Mau melarang mahasiswa tidak menggunakannya akan susah. ChatGPT dan sejenisnya telah tertanam di mesin pencari, dan mungkin produk turunan milik perusahaan-perusahaan raksasa teknologi. Dana penelitian kecerdasan buatan mereka pun sangat besar,” ujarnya di Jakarta, Kamis (2/3/2023).
Hal yang bisa kita lakukan saat ini adalah mengantisipasi. Sunu berpendapat, sudah saatnya Indonesia memetakan kelebihan dan kelemahan dari teknologi kecerdasan buatan. Dari sanalah akan ketahuan jenis pekerjaan atau profesi manusia yang bisa tergantikan.
Pada tahun 2020, Forum Ekonomi Dunia (WEF) merilis daftar proyeksi pekerjaan yang akan tergantikan oleh teknologi digital, tetapi kondisi Indonesia berbeda. Masih banyak pekerja bekerja di sektor informal.
”Jika belum ada regulasi, pemerintah minimal membuat langkah penyadaran bahwa fenomena kecerdasan buatan sudah ada. Lalu, perjelas juga langkah memetakan kelebihan dan kelemahan teknologi itu. Harus sekarang supaya masih ada waktu melakukan langkah antisipasi, seperti reskilling,” kata Sunu. Yang juga menjabat sebagai Ketua IEEE Systems, Man, and Cybernetics Indonesia Chapter.
Regulasi AI
Konsultan hukum di bidang teknologi kecerdasan buatan, Matheace Ramaputra, menjelaskan. Indonesia belum memiliki regulasi untuk kecerdasan buatan. Ketentuan hukum yang ada hanya mengenai transformasi layanan berbasis elektronik.
Ada pula penyebutan agen elektronik pada Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2016. Tentang Perubahan UU Informasi dan Transaksi Elektronik. Namun, penyebutan agen elektronik belum bisa kita katakan sebagai kecerdasan buatan.
Menurut dia, kecerdasan buatan sudah saatnya kita atur. Sebab, masih ada peluang teknologi itu terdorong menyamai kemampuan kognitif manusia.
Matheace menyarankan, Pemerintah Indonesia turut membuat regulasi dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan pengembang. Regulasi untuk pengembang kita butuhkan agar inovasi kecerdasan buatan mempertimbangkan use case. Yang bisa mengganggu atau daya ganti profesi manusia yang signifikan/tidak. Pendekatan ini juga bertujuan positif untuk melindungi profesi-profesi yang tidak memiliki asosiasi.
Kedua, pendekatan profesi. Instrumen yang paling penting adalah ketentuan yang menguatkan profesi melalui perbaikan kode etik. Dengan demikian, profesi yang terhasilkan semakin berkualitas.
”Saya tidak bisa menafikan di kalangan profesi advokat, misalnya, terdapat advokat yang tidak adil. Akibatnya, muncul inisiatif menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Untuk melahirkan keputusan hukum lebih setara,” katanya.
Matheace menambahkan, di sejumlah negara, perhatian pemerintah sedang menuju ingin mengatur teknologi kecerdasan buatan. Pada saat bersamaan, keinginan itu harus berhadapan dengan seruan agar regulasi tidak ketat dan membatasi inovasi.
Akhirnya, beberapa negara membuat panduan hukum. Sebagai contoh, pemerintah Inggris membuat panduan hukum etika penerapan kendaraan tanpa sopir.
AI Dan Kecemasan Masa Depan Bahwa AI Bukan Menggantikan
Sementara itu, Cin Cin Go selaku Technology and Country Leader IBM Indonesia menekankan. Bagi IBM sudah jelas bahwa tujuan dari sistem kecerdasan buatan dikembangkan dan kini diterapkan. Adalah untuk menyelesaikan masalah bisnis dan kemasyarakatan. Dengan cara menambah kecerdasan manusia.
Jadi, teknologi kecerdasan buatan bukan untuk menggantikan kecerdasan manusia. Teknologi ini untuk membantu manusia membuat keputusan yang lebih baik. Dan memberdayakan orang untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka.
”Pekerjaan yang sebelumnya membutuhkan waktu beberapa jam kini dapat terselesaikan dalam beberapa menit. Otomatisasi dan teknologi berbasis kecerdasan buatan akan memungkinkan mesin dan manusia untuk berkolaborasi lebih cerdas,” kata Cin.
Keterangan gambar : Pengunjung berkumpul di dekat patung di toko konsep pembuat mobil listrik China Jidu di Beijing, Selasa, 14 Februari 2023. Perusahaan mobil listrik perusahaan teknologi China Baidu Jidu pada hari Selasa meluncurkan toko konsep “Roboverse” yang menyoroti kecerdasan buatannya (AI) teknologi dan berpusat pada mobil konsep ROBO-01 bertenaga AI.
Peningkatan Kualitas Dan Keterampilan Tenaga Kerja
Dengan pertumbuhan inovasi teknologi kecerdasan semakin cepat, keterampilan pekerja harus kita tingkatkan. Cin menambahkan, IBM ikut mendukung pelatihan keterampilan teknologi para profesional di Asia Tenggara.
Dengan pertumbuhan AI yang cepat, juga menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja. Terutama di bidang yang membutuhkan keterampilan untuk melakukan pekerjaan baru yang akan terciptakan AI di masa depan.
IBM baru-baru ini mengumumkan pembukaan IBM Academy for Hybrid Cloud dan AI di Batam. Untuk mengembangkan keterampilan tenaga kerja yang ”siap” dan mengisi kesenjangan keterampilan yang ada.
Ketua Umum Indonesia Customer Experience Profesional (ICXP) Sri Safitri mengatakan. Implementasi chatbot layanan konsumen (customer service) sudah berlangsung beberapa tahun terakhir di Indonesia. Realitasnya, implementasi teknologi ini mengurangi jumlah pekerja manusia. Para pekerja yang terdampak, oleh beberapa perusahaan, mereka alihkan untuk bertugas di bidang lain. Misalnya, administrasi layanan konsumen di media sosial.
”Chatbot layanan konsumen biasanya hanya berperan di awal, alias menjawab pertanyaan umum. Artinya, peran pekerja manusia masih kita butuhkan untuk melayani pertanyaan kompleks, seperti komplain. Ada perusahaan yang akhirnya mau memberikan pelatihan agar karyawan yang terdampak itu punya keterampilan relevan,” kata Sri.
Adapun CEO Kata.Ai Irzan Raditya berpandangan, teknologi di balik ChatGPT sebenarnya bisa dipakai untuk chatbot. Sehingga layanan kepada konsumen semakin akurat. Namun, hal ini tidak lantas membuat semua angkatan ataupun calon angkatan kerja harus menguasai keterampilan teknologi digital, seperti kode pemrograman. Namun, alangkah baik memiliki keterampilan itu.
”Menambah keterampilan baru selalu baik. Cuma, saya rasa hal yang perlu manusia tingkatkan sekarang adalah wawasan, kemampuan berpikir kritis, dan compassion,” kata Irzan.
Sumber kompas.id: AI Dan Kecemasan Masa Depan
AI Dan Kecemasan Masa Depan
UT Hong Kong & Macau; Desain Website oleh Cahaya Hanjuang