Berbisnis Frozen Food, Kenapa Tidak?

Penulis : Bambang Iman Santoso, ST, MM. Co-Founder Neuronesia – komunitas pencinta ilmu neurosains, dan sekaligus sebagai CEO di NLC – Neuronesia Learning Center (PT Neuronesia Neurosains Indonesia). Serta merupakan Doctoral Student of UGM (Universitas Gajah Mada).

Pandemi membawa hikmah dan banyak pelajaran. Salah satunya menjadi pemicu pesatnya pertumbuhan industri makanan dan minuman, khususnya bisnis frozen food yang banyak dikerjakan dari rumah (home industry dan UMKM).

Di dalam program pelatihan dan pembelajaran masa purnabakti untuk para karyawan salah satu BUMN terkemuka yang memasuki MPP (masa persiapan pensiun), ada beberapa pertanyaan yang diajukan sebagai salah satu pembahasan materinya.

Seperti; mengapa harus berbisnis makanan? Ada beberapa argumen penulis yang kebetulan saat itu dipercayai sebagai salah satu nara sumber atau trainer untuk kegiatan program pelatihan ini.

Alasan pertama, beberapa indikator yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat, ditandai :

a) angka PDB atau pertumbuhan produk domestik bruto yang naik terus lebih dari satu dekade terakhir ini. Walau prosentase pertumbuhan sempat menurun memasuki pandemi, namun volumenya terus bergerak naik. Terhitung dari kuartal 1 2023, pertumbuhan terhadap PDB industri makanan dan minuman pada kuartal 1 2022 yang sebesar 195.8 triliun rupiah

b) bertambahnya investasi asing langsung yang masuk ke Indonesia – foreign direct investment/FDI

c) konsumsi domestik yang berlangsung meningkat, mewakili daya beli masyarakat yang juga terus meningkat

d) angka pertumbuhan sektor industri dan jasa yang pesat

e) adanya penurunan tingkat pengangguran

f) nilai volume ekspor Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun

g) pembangunan infrastruktur, terutama jalan tol 10 tahun terakhir yang cukup signifikan

h) stabilitas ekonomi, Indonesia termasuk negara yang dapat mengatasi pandemi COVID-19 dengan baik.

Alasan kedua, angka populasi penduduk Indonesia yang sangat besar jumlahnya.

Berdasarkan data BPS (biro pusat statistik Indonesia), per bulan September 2021, total jumlah penduduk kita sebanyak 276 juta jiwa. Walaupun kita berhasil menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk (dalam prosentase), namun total jumlahnya yang terus meningkat. Indonesia memiliki bonus demograsi, suatu potensi pasar yang dahsyat.

Alasan ketiga, keberagaman kuliner kita (culinary diversity) yang semakin kompleks.

Salah satu faktor penyebabnya adalah kemajuan teknologi, khususnya teknologi produksi pangan dan teknologi informasi yang memengaruhi selera kuliner, gastronomi dan neurokuliner Indonesia.

Alasan keempat, angka pertumbuhan industri pariwisata kita dalam dekade terakhir, yang pada tahun 2019 mencapai hampir 200% dibanding tahun 2009.

Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang mengunjungi Indonesia untuk menikmati keindahan alam, budaya, dan tentunya kuliner. Bisnis makanan dapat memperoleh keuntugan dari pertumbuhan industri ini dengan menyediakan makanan sesuai dengan selera wisatawan.

Alasan kelima, perkembangan teknologi dan e-commerce serta  penetrasi internet yang pesat di Indonesia telah menciptakan peluang baru dalam berbisnis makanan.

Berdasarkan data dari portal tempo.co prediksi angka pengguna e-commerce di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 189.6 juta jiwa.

Pada tahun 2021 terdapat 148,5 juta jiwa pengguna e-commerce, 54% dari 276 juta jiwa total penduduk Indonesia di tahun itu. Atau dengan kata lain telah lebih dari setengahnya, yang di tahun-tahun ke depan diprediksikan jumlah dan prosentase terhadap jumlah penduduk akan bergerak terus naik.

Banyak platform dan aplikasi pengiriman makanan secara online yang populer di Indonesia.

Berbisnis Frozen Food

Pertanyaan berikutnya; seberapa besar peluang bisnis makanan ini? Bila kita ingin menggali data dan mencari tahu, ternyata potensinya begitu besar. Dari sumber ‘Statista’ yang merekam data semenjak tahun 2017 (477jt USD) dan memprediksikannya sampai dengan tahun 2025 (4,35 milyar USD). Jumlah total revenue industri sangat besar dan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dari jumlah yang besar itu, ada kecenderungan tren dan potensi favorit bisnis makanan yang perlu dipertimbangkan sesuai permintaannya, yaitu;

a) katering untuk pegawai kantor

b) daging olahan frozen

c) kentang frozen

d) cireng frozen

e) masakan rumahan frozen

f) kue kering berbentuk hampers

g) makaroni pedas

h) AYCE, all you can eat

i) cimol keju frozen

j) soft baked cookies

k) salad buah

l) dessert box

m) lunch box cake

n) sambal rumahan

o) rice box.

Dari sumber ‘Databoks’, diketahui nilai dan pertumbuhan PDB industri makanan dan minuman mengalami terus peningkatan.

Grafiknya terus naik, terekam mulai dari tahun 2010 s/d 2021, menjadi sekitar 1.100 triliun, atau lebih 200% pertumbuhannya dalam 1 dekade tersebut.

Besar volume yang mencengangkan ini merupakan akumulasi industri yang terdiri dari berbagai macam jenis usaha makanan di Indonesia.

Penulis mengusulkan; ada 4 kategori jenis usaha tersebut yang perlu diamati dan dicermati, yaitu;

a) jenis usaha makanan

b) jenis usaha minuman

c) jenis usaha industri makanan dan minuman

d) jenis usaha frozen food. 

Kategori usaha berdasarkan jenis makanan, yaitu; warung makan, restoran, kafe, rumah makan padang, restoran seafood, warung nasi goreng, bakso, sate, kedai kopi, dan toko kue.

Kemudian kategori usaha berdasarkan jenis minuman, yaitu; minuman ringan, minuman kemasan, minuman tradisional, minuman susu, teh, kopi, minuman buah, minuman fungsional, minuman tradisional khas daerah, minuman berbasis alkohol, dan minuman berbasis kopi.

Selanjutnya, kategori berdasarkan jenis usaha industri; snack dan makanan ringan, minuman, roti dan produk bakery, produk olahan susu, industri makanan instan, industri bumbu dan saus, industri es krim, dan industri catering.

Sedangkan kategori usaha berdasarkan jenis makanan ungkep (frozen food) yang dimaksud di sini adalah; nugget, sosis, bakso, siomay, dimsum, roti, pastel, frozen seafood, pizza, makanan asia, hidangan nusantara, produk pastry, makanan penutup, camilan, dan produk vegetarian atau vegan.

Menurut sumber FONA International’s Trend Insight

Premiumization, tren peluncuran produk-produk makanan dan minuman baru secara global (top categories with premium claim, March 2017-March 2020. Menunjukkan pertambahan jumlah permintaan makanan dan minuman berbasis coklat sebanyak +76%, bakery +28%, processed fish, meat, egg products +200%, dan ‘hot beverages’ +16%.

Sedangkan menurut sumber data BPS 2021, produk ekspor makanan olahan Indonesia, terutama di 3 kategori;

a) udang kemasan,

b) kopi instan, dan

c) makanan olahan lainnya.

Udang kemasan paling banyak ekspor ke negara; AS (79%), Jepang (11%), dan Belanda (2,6%). Kopi instan paling banyak ekspor ke negara; Pilipina (73%), Malaysia (7,2%), dan Uni Emirat Arab 3,3%.

Selanjutnya makanan olahan lainnya ekspor terbanyak ke Singapura (31,7%), Pilipina (13,6%), dan Malaysia (9,9%).

Tren pertumbuhan industri makanan ringan di Indonesia juga terus menunjukkan peningkatan.

Berdasarkan data statista.com, yang menunjukkan angka pertumbuhan tersebut mulai dari tahun 2014 (766,4 juta kilogram), hingga prediksi total volume distribusi sampai dengan tahun 2027 (1.982 juta kilogram).

Dari total jumlah tersebut, kategori cookies dan crackers mendominasi di industri makanan ringan kita, rata-rata lebih dari 75%. Tortilla chips, flips dan pretzels menempati urutan kedua (rata-rata >20%), dan potato chips urutan ketiga (rata-rata <5%).

Bila tren industri makanan ringan ini dilihat dari prediksi volume konsumsi per kapita, juga memperlihatan kenaikan terus yang pada tahun 2014 di 2,4%, dan pada tahun 2027 menjadi 5,9%.

Berbisnis Frozen Food

Bagaimana dengan tren bisnis makanan frozen food di Indonesia?

Berdasarkan sumber data dari ‘Mordor Intelligence’ 5 tahun terakhir juga mengalami kenaikan. Sangat takjub, masa pandemi pun tidak berpengaruh, tetap menunjukkan angka-angka pertumbuhan.

Untuk kategori ‘frozen fish and meat’ jumlah pendapatan (revenue) pada tahun 2018 saja tercatat 320 juta USD. CAGR diprediksi 2023 ke 2028 sebesar 4,9%. Demikian pula pada industri frozen food dunia yang terus mengalami kenaikan.

Pada tahun 2021 industri frozen dunia tercatat sebesar 252 milyar USD, yang  terprediksi dan terproyeksi bertambah terus, pada sumber data ini sampai dengan tahun 2030.

Porsi terbesar penyumbang adalah negara-negara Eropa, selanjutnya Amerika Utara, Asia Pasifik, Amerika Latin, dan Timur Tengah serta Afrika.

Selanjutnya, di balik potensi-potensi dahsyatnya, industri makanan dan khususnya industri frozen food memiliki beberapa tantangan berbisnis tentunya. Seperti; persaingan yang ketat, regulasi dan perizinan, logistik dan distribusi, perubahan selera konsumen, inovasi produk dan pemasaran, kualitas dan keamanan pangan, serta fluktuasi harga bahan baku.

Tantangan berbisnis kuliner bagi pemula biasanya:

a) menarik target konsumen

b) kendala finansial

c) inovasi menu dan produk

d) menciptakan identitas merek

e) memberikan pelayanan terhadap konsumen.

Sedangkan tantangan saat mengembangkan bisnis kuliner, yaitu:

a) menemukan target pasar

b) keuangan bisnis kurang memadai

c) pengelolaan karyawan

d) penyediaan menu dan produk

e) pelayanan terhadap pelanggan bisni

f) menjalankan teknik pemasaran bisnis yang efektif

g) menentukan identitas bisnis kuliner.

Khusus industri frozen food, pada umumnya mengatasi tantangan membangun bisnis ini melalui beberapa tahap yang dilakukan menurut para pelaku bisnis. 

Misalkan; dengan memulai bisnis dari rumah, dan modal secukupnya. Kemudian terus mengembangkan dari hulu ke hilir bisnis ini. Moza Frozen Food merupakan contoh sukses yang justru baru memulai bisnis rumahannya pada awal masa pandemi.

Penyediaan lokasi dan infrastruktur yang memadai juga menjadi faktor krusial. Seperti pengadaan mesin pembeku (freezer), plastik kemasan khusus makanan beku, mesin vakum kemasan, alat press kemasan, dan peralatan untuk membuat produk. Seperti: panci, wajan, spatula, kompor gas, blender, chopper, dan lainnya.

Bila kita rangkum, esensi untuk memulai berbisnis makanan beku ini (frozen food) sebagai berikut:

a) tentukan dan pelajari produk yang akan dijual

b) tentukan target market

c) siapkan peralatan yang dibutuhkan

d) pikirkan metode pengemasan

e) promosikan produk melalui media sosial

f) jual produk secara online

g) gunakan jasa pengiriman instan

h) pelajari ketentuan perizinan pangan olahan.

Menurut founder tukangsayur.co (yang sekarang menjadi tukangsayur.id), Chelly Triwibowo. Anggota Koperasi BMB – Bersatu Maju Bersama, Alumnus Universitas Pancasila. Kiat-kiat sukses dan hal-hal penting untuk para pemula yang mau berbisnis frozen food;

a) perbanyak varian produk dan brand

b) supply chain dan stockies ‘terjaga’

c) promosi mulai dari lingkungan terdekat dan bikin metrik pelanggan

d) marginnya harus kompetitif

e) buka di  toko-toko e-commerce

f) pasang iklan di lingkungan virtual sekitar kita; bisa di google ads, facebook ads, atau ig ads, dan

g) varian fast moving dan slow moving disertai sembako.

Kemudian, pertanyaan berikutnya yang sering ditanyakan oleh partisipan pelatihan; bagaimana cara mengembangkan usaha makanan ini menjadi sukses?

Selain langkah-langkah wajib yang disyaratkan untuk dilakukan seperti; riset pasar, tujuan dan strategi, kualitas produk, inovasi. Pemasaran yang efektif, pelayanan pelanggan, manajemen keuangan yang baik, tim yang solid, evaluasi dan perbaikan yang terus menerus, serta jaga etika bisnis.

Ada beberapa hal perlu keberanian (gut brain) untuk mau mencoba mengaplikasikan paradigma, pemikiran, dan konsep-konsep manajemen bisnis yang baru.

Seperti pada manajemen modern, tujuan utamanya tidak lagi hanya mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien, namun juga harus etis (3E; efektif, efisien, dan etis).

Berbisnis frozen food yang sukses harus; konsisten, persisten dan penuh komitmen. Agar sukses dan menjadi perusahaan frozen food yang terkemuka, sebagai pengusaha wajib membekali diri dan timnya (atau karyawannya) dengan peningkatan literasi baca serta literasi digital yang kuat.

Di negara-negara maju para pemodal atau pengusaha tidak mau lagi menjalankan bisnis yang tidak bisa terprediksi akan bertumbuh terus.

Menurut John Assaraf (2020) dengan konsepnya ‘the neuroscience of predictable business growth’ ada 3 pilar yang perlu diperhatikan.

Pilar pertama; ‘pilar pondasi’ yang terdiri dari mindset, skillset, dan actionset.

Lalu pilar kedua; ‘pilar implementasi’ yang terdiri dari lead generation, lead conversion, dan lead nurture.

Dan pilar ketiga; ‘pilar optimisasi’ yang terdiri dari metrics dan KPIs, profit maximizers, serta accelaration dan scale. 

Alessandro Lanteri (2021) mengingatkan ada 6 strategic drivers agar sukses berbisnis di Industri Revolusi 4.0, Society 5.0, di dunia yang VUCA ini.

Collaborative intelligence, learning systems, exponential technologies, value facilitation, dan ethical championship. Yang terkenal strateginya dengan singkatan CLEVER.

Para pengusaha dan pebisnis dapat membesarkan bisnis dengan menerapkan knowledge ambidexterity management. Mengeksplor dan mengeksploitasi ilmu pengetahuan manajemen strategik (strategic management). 

Pada sisi input bisa melakukan analisis bisnis dengan berbagai analysis tools yang pernah ada. Seperti analisis; SWOT, Five Forces, VUCA, TUNA, D-VUCAD, BANI dan masih banyak lagi.

Pada sisi proses dapat menerapkan prinsip ‘economic of scope’ dan ‘economic of scale’ yang mengeksplor dan mengeksploitasi resoucers, capabilities dan core competence bisnis perusahaan yang kita sedang jalankan.

Sumber daya (resources) yang dimaksud di sini; berwujud (tangible) dan tak berwujud (intangible), serta internal dan eksternal perusahaan.

Pada sisi proses ini juga pola pikir yang mengekstrak aktivitas-aktivitas functional dan 3 corporate levels busines mindset. Serta tidak hanya menerapkan strategic competitiveness yang cenderung mulai ditinggalkan. Melainkan banyak juga melakukan upaya-upaya strategic collaborations. 

Open innovation in value chain, yang mengeksplor dan mengeksploitasi Michael’s Porter business value chain. 

Sedangkan pada sisi output, agar bisnis terus berkembang dan bertumbuh (sustainable growth), pemilik perusahaan sebaiknya tidak hanya berorientasi kepada revenue dan profit saja, tapi juga mengembangkan nilai-nilai perusahaan.

Di jaman sekarang tidak hanya market share yang terpenting, namun juga mind share. Bukan hanya numbers kuantitatif, tapi juga values yang kualitiatif. (BIS)

Artikel ini telah tayang di Kompasiana, 9 Juli 2023.

Berbisnis Frozen Food

uthkg.com Universitas Terbuka Hong Kong & Macau

About the author : Nunik Cho
I'm nothing but everything