Rencana 11 Tahun, Apa Kabar Bukit Algoritma Yang Jadi Silicon Valley-nya Indonesia?
Dini Nurhadi Yasyi
26 Desember 2022
Ada cerita kesuksesan Steve Jobs yang merintis bisnis raksasa teknologi Apple dari garasi rumah.
Ada pula kisah Mark Zuckerberg yang menciptakan jejaring Facebook yang sangat terkenal, juga bermula dari kamar sempit di asrama.
Kisah-kisah lahirnya perusahaan-perusahaan besar bidang teknologi itu memiliki kesamaan, yaitu bermula dari satu kawasan yang berada di California, Amerika Serikat yang kini sebutannya Silicon Valley.
Silicon Valley sukses jadi magnet sekaligus mesin penggerak banyak perusahaan teknologi sekaligus jadi ‘bidan’ lahirnya ribuan perusahaan rintisan atau startup terkemuka di kancah global.
Siapa yang tidak tergiur mengikuti jejak kesuksesan Silicon Valley? Ada motif perputaran ekonomi, tidak heran banyak negara di dunia menduplikasi dan membentuk pusat teknologi seperti itu. Banyak kota besar dari berbagai negara di dunia melabeli kota atau wilayah mereka menjadi The Next “Success” Silicon Valley.
Tak terkecuali Indonesia. Beberapa lokasi yang sempat digadang-gadang jadi Silicon Valley Indonesia antara lain Malang, Yogyakarta, BSD Serpong, dan beberapa daerah lainnya. Yang paling menarik perhatian publik sampai saat ini, muncul istilah Bukit Algoritma yang pembangunan oleh pusat riset dan teknologi di Cikidang dan Cibadak Sukabumi, Jawa Barat.
Saat ini proyek Bukit algoritma digadang-gadang dan menimbulkan pertanyaan serta anggapan sama kecurigaannya serupa kasus korupsi BTS. Korupsi yang melibatkan kader Partai Nasdem dan merugikan negara hingga 8,3 Triliun Rupiah. (Editor)
Politisi PDIP sekaligus Pendiri Gerakan Inovator Budiman Sudjatmiko yang menjadi sosok pemimpin megaproyek ini. Budiman mengatakan proyek ini gagasannya oleh Kiniku Bintang Raya KSO. Merupakan gabungan antara PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Loka Lestari. Dengan pendelegasian pekerjaan konstruksinya kepada PT Amarta Karya (Persero).
Tahapan awal biaya investasi untuk mega proyek ini perkiraan memakan biaya hingga Rp18 triliun.
Budiman menjelaskan dana investasi itu tak sepeserpun mencomot biaya APBN maupun APBD. Melainkan murni dari swaswa perolehan dari investor dalam maupun luar negeri.
“Dari Arab sudah ada minat. Selain itu Eropa juga Amerika Utara. Tapi komitmen baru dapat dari salah satu negara Amerika Utara itu,” ungkap Budiman mengutip CNBC Indonesia (18/04/21).
Adapun roadmap pembangunan kawasan itu akan fokus untuk science park. Fokus gedung penelitian yang akan disewakan untuk teknologi kuantum dan kecerdasan buatan. Dan fokus rekayasa nano untuk teknologi bangunan, penelitian otak dan rekayasa genetika, produksi obat-obatan.
Ada pun pembangunan bangunan riset untuk komponen semikonduktor, pabrikasi otak komputer, serta energy storage berbentuk baterai.
Satu tahun lebih berselang setelah proyek Bukit Algoritma menjalani peletakan batu pertamanya (groundbreaking) pada 9 Juni 2021. Proyek yang akan terbangun di atas lahan seluas 888 hektare itu ternyata belum terlihat kegiatan lagi. Hal ini pernah terungkap oleh Kepala Desa Pangkalan, Kecamatan Cikidang, Usep Sapulrohman saat konfirmasi Republika.
Pembangunan seluas itu nantinya tidak hanya melewat Desa Pangkalan, tapi juga mencakup Desa Cicareuh, Desa Tamansari, dan Desa Neglasari.
Masih Ada Sisa Waktu 10 Tahun Lagi, Coba Aset Kripto
Untuk kita bisa melihat wujud Silicon Valley Indonesia ini, Budiman pernah mengatakan bawah sedikitnya butuh waktu selama 11 tahun untuk menyelesaikan konstruksi mega proyek ini.
“Pembangunan tahap pertama 33 hektare untuk infrakstruktur dasar, taman science, taman pusat kesehatan. Lalu pusat pengembangan pangan dan gizi, penginapan, pusat kebugaran, plaza edutainment di tiga tahun pertama”. Demikian jelas Budiman mengutip CNBC Indonesia (18/4/21).
Selanjutnya tahap kedua akan memakan waktu lima tahun, susulan tahap terakhir selama tiga tahun.
Informasi terakhir, mengutip dari SukabumiUpdate.com (26/12/22). Muncul kabar pembangunan Bukit Algoritma tidak hanya berlaku dengan uang fiat (uang yang terbit oleh bank sentral). Tersendatnya pemasukan uang investor, proyek tersebut menggandeng teknologi blockchain dan kripto.
Hal ini penjelasan langsung oleh Budiman bersama COO PT Gaharu Indonesia Prima (Lobo Investment), Bari Arijono.
“Lobo merupakan aset digital membuat tokenisasi semua proyek-proyek properti di dunia dengan platform Binance. Kami mentokenisasi aset properti dan proyek rubah menjadi aset digital menjadi token Lobo,” kata Budiman.
Budiman mengatakan tidak hanya jadi pusat pengembangan teknologi, Bukit Algoritma juga sekaligus merupakan Kawasan Ekonomi Khusus. Sukabumi terpilih karena merupakan kawasan yang cukup strategis karena memiliki modal infrastruktur pendukung seperti Tol Bacimi. Dukungan Pelabuhan Laut Pengumpal Regional Wisata dan Perdagangan Pelabuhan Ratu. Juga Bandara Sukabumi Cikembar yang akan terbangun, dan Double Track KA Sukabumi.
Untuk selanjutnya pembangunan infrastruktur seperti fasilitas air, jalan, listrik, transportasi publik, dan fasilitas lainnya yang akan jadi fokus. Serta kunci pembangunan dan pengembangan selanjutnya.
Budiman bilang, “Kami akan melakukan best effort dan best practice, agar proyek ini bisa terlaksana dengan lancar.” Seperti yang dikutip Kompas.com (11/4/2021).
Momen yang pas kalau 10 tahun lagi lokasi ini akan terlihat wujud aslinya. Apalagi Budiman bilang Bukit Algoritma bakal terbangun dengan konsep semirip mungkin dengan Silicon Valley di California, Amerika Serikat.
Tahun 2024 nanti, di puncak optimalisasi bonus demografi Indonesia. Bukit Algoritma bisa jadi salah satu wujud tangguh pembangunan sumber daya manusia berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Koleksi Wilayah Silicon Valley Di Indonesia
Sebelum Bukit Algoritma, sebenarnya Indonesia punya beberapa tempat yang sebelumnya juga jadi tempat pengembatagan teknologi. Tak jarang tempat-tempat ini pula melabeli dirinya sendiri sebagai The Next Silicon Valley.
Sebut saja Sinarmas Land Group. Ini yang menginisiasi pengembangan kawasan berbasis IT ini yang belakangan mengubah brand-nya menjadi Digital Hub BSD City. Di sini sudah ada perusahaan raksasa IT. Semacam Apple, Oracle, Gran Indonesia, Huawei, Traveloka, Amazon Web Servie, Creative Nest, dan lainnya.
Kemudian ada pula PT Sentul City tbk dengan Sentul City Tech Center. Berdiri di atas lahan 140 hektar di kawasan Sumur Batu.
Ada pula PT Triniti Dinamik yang sedang membangun The Smith. Mereka akan jadi ikon The Next Silicon Valley di Alam Sutera, Serpong, Tangerang.
Yang terbaru, masih berada di kawasan Jawa barat juga ada PT Surya Semesta Internusa TB yang mengembangkan Subang Smarpolitan. Kota industri yang klaimnya berbasis teknologi informasi berkelanjutan.
Sumber: CNBC Indonesia, Kompas.com, CNN Indonesia, Republika, SukabumiUpdate.com
Artikel pernah tayang di : Good News From Indonesia
Bukit Algoritma Apa Kabar?
UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang