Dari Hiburan Jadi Kematian

Pada tahun 1988 di Surabaya telah terjadi pembunuhan terhadap Letkol TNI AL Purwanto beserta istri, dua anak dan seorang keponakannya. Pembantaian ini dalangnya Mami Rose alias Sumiarsih, mucikari kondang di lokalisasi gang Dolly. Sedangkan eksekutornya adalah suaminya, anak lelakinya, menantunya dan dua orang lagi.

Dari Hiburan Jadi Kematian

Wisma Rose Sumiarsih cukup terkenal karena memiliki PSK yang cantik-cantik dan pelanggan yang berkelas. Salah satu pelanggannya adalah Letkol Purwanto yang kala itu menjabat sebagai Komandan Primer Koperasi Angkatan Laut armada setempat.

Bermula dari pelanggan tetap, petinggi marinir ini juga menjadi bekingan praktik prostitusi tersebut. Begitu mengetahui besarnya aliran uang yang berputar di sana, Letkol Purwanto tertarik untuk ikut menerjuni bisnis itu. Ia pun berkongsi dengan Sumiarsih.

Dari Hiburan Jadi Kematian

Dalam kesepakatannya, Sumiarsih wajib setor keuntungan kepadanya sebesar 20 juta perbulan. Jika kurang dari itu maka kekurangannya terhitung sebagai hutang dan akan kena bunga.

Sebagai perbandingan, harga seporsi nasi pecel masih 100 rupiah di tahun 1988. Gaji sebagai PNS rendahan masih 75 ribu per bulan. Bisa terbayangkan besar uang 20 juta di masa itu.

Di awal-awal bisnis setoran Sumiarsih lancar. Tapi kemudian bisnis menjadi lesu. Setoran jadi berkurang atau terlambat. Tapi Purwanto tidak mau tahu. Ia sangat kejam kalau menagih jatah. Sumiarsih pernah diludahi. Suaminya pernah terkena pukul. Sugeng, anak lelaki Sumiarsih pernah jadi tahanan di sel markas AL karena setorannya kurang. Wisma yang Sumiarsih kelola juga pernah diobrak abrik sekelompok orang dan para pegawainya terkena pukulan.

Dari Hiburan Jadi Kematian

Kegarangan Purwanto sedikit mereda setelah melihat kecantikan Wati, puteri Sumiarsih yang masih remaja.

Dari Hiburan Jadi Kematian

Purwanto menawarkan keringanan keterlambatan setoran asalkan Wati boleh “ia pakai”. Sumiarsih semakin takut. Untuk menghindarkan Wati dari santapan Purwanto, Sumiarsih menjodohkan puterinya itu dengan Serda Adi Saputro, seorang polisi muda yang baru berdinas.

Tapi ternyata Purwanto masih menginginkan Wati meskipun sudah berstatus sebagai istri orang. Dan itu membuat Sumiarsih gelap mata. Bersama Prayit sang suami, Sugeng dan Adi Saputro, ketiganya punya gagasan untuk membunuh Purwanto.

Dengan bantuan dua orang lainnya, mereka membunuh Purwanto di rumahnya. Agar tidak ada saksi mata mereka juga membunuh seluruh yang ada di rumah itu. Yaitu istri, kedua anak Purwanto dan keponakannya. Mayatnya mereka masukkan ke dalam mobil yang diterjunkan ke jurang di daerah Songgoriti Malang.

Dari Hiburan Jadi Kematian

Pembunuhan itu berhasil terbongkar oleh polisi. Seluruh pelaku terseret ke pengadilan. Sumiarsih, Prayit dan Sugeng terima vonis hukuman mati. Serda Adi Saputro juga terima vonis mati oleh mahkamah militer (saat itu TNI dan Polri masih satu institusi). Sedangkan dua orang lainnya vonis seumur hidup.

Empat tahun setelah vonisnya ketok hakim, Serda Adi Saputro akhirnya benar-benar menjalani eksekusi mati. Sedangkan Sumiarsih, Prayit dan Sugeng belum juga mengetahui waktu mereka akan berhadapan ke depan regu tembak. Hingga Prayit meninggal di dalam penjara karena sakit pada tahun 2001. Sumiarsih pernah dua kali mengajukan grasi ke Presiden di masa Soeharto dan Megawati, tapi semuanya ditolak.

Hingga akhirnya eksekusi Sumiarsih dan Sugeng benar-benar terlaksana di bulan Juli 2008. Ibu dan anak itu sempat pertemuan kembali empat hari sebelum eksekusi. Sebuah pertemuan yang sangat mengharukan.

Berkali-kali Sumiarsih meminta maaf kepada Sugeng karena telah menyeret anaknya itu kepada penderitaan yang berkepanjangan.

Dari Hiburan Jadi Kematian

Banyak pengamat yang menyebut kedua orang ini sebenarnya telah mendapat perlakuan tidak adil oleh negara. Karena keduanya terpaksa menjalani dua macam hukuman. Yakni hukuman penjara 20 tahun dan hukuman mati. Seperti yang pernah terucapkan Sugeng ketika wawancara oleh reporter TV. Menurutnya, penantian eksekusi mati yang tidak jelas dan berkepanjangan adalah sebuah siksaan batin yang sangat berat baginya.

Ibu dan anak itu akhirnya menerima eksekusi bersama di depan regu tembak pada Sabtu dini hari tanggal 19 Juli 2008. Paginya jenasah Sumiarsih (60) dan Sugeng (44) dikebumikan di pemakaman umum Sama’an Malang.

Dari Hiburan Jadi Kematian

Dari Hiburan Jadi Kematian

UTHKG; Desain website oleh Cahaya Hanjuang

About the author : Ryan Winters
Tell us something about yourself.