Gerung – Cara Ngeles Dan Retorika Busuknya

Saya tidak bisa menghindari dan akhirnya ikut tergelitik juga

dengan kegemparan sekian hari lalu soal penghinaan oleh RG kepada Bapak Jokowi, baik selaku pribadi maupun selaku Presiden Republik Indonesia. Penghinaan itu terjadi pada saat RG berpidato di acara Aliansi Aksi Sejuta Buruh Siap Lawan Omnibus Law.

Cara seseorang melakukan sesuatu adalah cara ia melakukan banyak hal lain juga !

Ketika saya menerima video pertama kali di sebuah Grup WhatsApp dan menonton isinya sampai selesai memang hanya bisa geleng kepala. Di situ jelas, terlepas dalih yang ia kemukakan kemudian, bahwa tujuan RG adalah melakukan penghinaan dan menghasut orang banyak agar ikut membenci. Ia ingin menunjukkan kebenciannya kepada Bapak Jokowi di atas panggung.

Jelas juga bahwa ia sedang menghasut para pendengar pidatonya untuk ikut menjadi pembenci Bapak Jokowi.

Soal rencana aksi 10 Agustus 2023 dan banyak hal lain, saya tidak ingin membahasnya. Lalu setelah video itu tersebar dan membuat gempar Rakyat Indonesia, muncul kabar susulan di berbagai media tentang RG memberi penjelasan soal pidatonya. Bahwa sebutan dan keseluruhan orasi yang ia sampaikan dalam pidato adalah bla bla bla.

Gerung – Cara Ngeles Dan Retorika Busuknya

Tentang ia memberi sebutan itu kepada Bapak Jokowi sebagai Presiden RI, bukan sebagai pribadi. Hal menggelikan yang membuat saya tertarik menulis adalah ketika muncul berita yang menyebutkan bahwa RG mengatakan bahwa bajingan adalah merupakan akronim.

Tetap saja, dengan kalimat yang ia sampaikan, RG telah melakukan penghinaan yang sungguh tidak manusiawi. Sekaligus itu menunjukkan bahwa RG adalah manusia yang tidak bermutu dan tidak berguna. Perkara ia bisa menjadi terkenal oleh publik, menunjukkan bahwa ia sebenarnya adalah produk media dan kepentingan jahat pihak tertentu. Banyak hal bisa menjadi bukti jika kita mau menelusuri.

Kita bisa mengalahkan banyak orang pintar dengan satu bukti. Tapi kita tidak akan pernah bisa selesai dengan satu orang bebal meski membawa jutaan bukti.

Soal akronim bajingan, saya hanya bisa menemukan dari media berita, menyebutkan bahwa kepanjangannya adalah “bagusing jiwo angen-angening pangeran”. Bajingan sebagai akronim baru muncul sekarang ini dari RG, setelah ramai orang menggugatnya.

Sedangkan soal permintaan maaf, juga sangat ambigu dan absurd. Tidak jelas pihak yang ia tuju untuk permintaan maafnya. Tambahan lagi penjelasan bertele-tele dan blunder menyusul dari permintaan maaf itu.

Sungguh sebuah cara ngeles lari dari tanggung jawab yang tidak pintar. Kecuali orang-orang terlalu bodoh untuk mau menerima penjelasan tersebut dari seorang RG.

Gerung - Cara Ngeles Dan Retorika Busuknya

Bajingan secara etimologi dan epistemologi yang terkenal selama ini sudah jelas sebagai sebutan sais pedati di masa lampau. Entah perjalanan perubahan semantikanya sehingga sebutan bajingan bisa tersemat kepad orang-orang berperilaku nakal atau cenderung jahat. Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI mendefinisikan kata bajingan sebagai penjahat atau pencopet, juga ungkapan yang berkaitan dengan kata makian yang bermakna kurang ajar.

Bapak Joko Widodo adalah manusia dengan sejumlah lakon hidup berbeda yang manunggal dalam satu pribadinya. Jokowi sebagai pribadi, Joko Widodo sebagai Kepala Negara dan Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tak bisa kita tinggalkan dan tak bisa kita abaikan juga bahwa seorang Jokowi ada suami dari Ibu Negara Iriana Joko Widodo, serta beliau adalah seorang bapak dari ketiga anaknya, juga kakek dari cucu-cucunya.

Jadi wajar, ketika ada penghinaan oleh seseorang kepada beliau, itu bisa menimbulkan kemarahan kepada sejumlah pihak. Boleh saja Ibu Iriana marah, boleh saja anak-anaknya atau bahkan menantu dan cucu- cucunya marah. Pun sah-sah raja Rakyat Indonesia ikut marah.

Wajar juga kemarahan serupa itu timbul atas suatu penghinaan meski tidak tertuju kepada seorang Joko Widodo, melainkan tertuju dan terjadi kepada orang rakyat biasa.

Kejadian ini sekaligus mengingatkan saya pada stiwa yang terjadi sudah cukup lama, juga oleh RG, yang menyebut bahwa kitab suci fiksi. Pernyataan tersebut terucap oleh RG pada acara ILC yang tayang di TV One. Soal sebutan fiksi ini memang sempat juga menggemparkan masyarakat ingin menuntut bahwa RG telah melakukan penistaan. Namun kemudian kejadian tersebut berlalu dan terlupakan oleh masyarakat tanpa kelanjutan proses hukum.

Hal yang menggelikan adalah betapa orang-orang banyak yang mau menerima penjelasan bahwa fiksi berbeda dengan fiktif. Bahwa fiksi tidak berkonotasi jelek, berbeda dengan fiktif yang konotasinya jelek. Kira-kira demikian penjelasan RG saat itu.

Fiksi adalah sebutan kata benda, sedangkan fiktif adalah kata sifat. Namun kedua kata itu tetap merujuk kepada hal yang sama, yaitu cerita rekaan yang berasal dari imajinasi. Keduanya belum memiliki konotasi baik atau buruk sebelum kita memberi konotasi pada konteks pada penggunaannya dalam sebuah kalimat. Kembali kepada pernyataan RG, jika mengartikan secara langsung, maka dapat berarti bahwa RG telah mengatakan bahwa kitab suci berisi cerita rekaan, atau secara kasar berarti bahwa RG menganggap bahwa kitab suci berisi kebohongan.

Dengan kedua kasus tersebut; penghinaan kepada Bapak Joko Widodo dan penyebutan bahwa kitab suci adalah fiksi, kita bisa langsung melihat sebetulnya. RG adalah seorang dengan kepribadian jahat, suka membuat gaduh, lalu ngeles untuk bisa melarikan diri dari tanggung jawab dengan berbagai retorika busuknya.

Paling menyedihkan lagi adalah dengan sepak terjang jahatnya, banyak orang masih mau menyebut ia sebagai filsuf, akademisi ataupun intelektual, tanpa kejelasan hal berguna yang telah ia perbuat.

Gerung – Cara Ngeles Dan Retorika Busuknya

UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang

About the author : Tim Kreatif
Tell us something about yourself.