Korea Selatan Under Cover
Di balik kesuksesan Korea Selatan menggempur ekonomi dan budaya di berbagai belahan dunia, ternyata tersembunyi potret mengerikan di bawah tanah Negeri Ginseng tersebut.
Anda tentu melihat Korea Selatan sebagai tempat gemerlap, penuh kemewahan dan sangat modern dari potret yang tampil di layar kaca. Lewat industri K-Pop dan K-Drama, Korsel berhasil menghipnotis para penggemarnya di seluruh dunia dan menampilkan citra sangat megah tentang eksistensi negaranya.
Seoul ibu kota Korea Selatan merupakan salah satu kota besar di Asia dan mendapat image sebagai kota modern nan maju. Banyak wisatawan dari seluruh dunia datang ke Seoul setiap bulannya.
Namun belum banyak yang tahu jika di kota itu terdapat Banjiha. Banjiha atau apartemen bawah tanah yang kumuh dan menjadi tempat bermukim warga miskin. Ternyata Korsel memang sangat lihai menutupi image mengerikan keberadaan Banjiha dengan gemerlapnya panggung industri hiburan yang mendunia.
Banjiha merupakan produk arsitektur apartemen bawah tanah yang berukuran kecil dan nyaris tidak ada sinar matahari yang bisa menembus karena letaknya yang berada di bawah bangunan lain.
Korea Selatan Under Cover Banjiha Mulai Terkenal Sebagai Latar Film Parasite
Apartemen kumuh yang menjadi latar tempat film pemenang penghargaan Oscar 2019 dan 2020, ‘Parasite’ ini tidak bisa dikatakan bangunan aman. Banjiha memiliki kadar oksigen dan cahaya matahari yang amat minim, bahkan tanaman kecil pun tak bisa bertahan tumbuh cukup lama.
Film Parasite yang menyabet dua penghargaan Oscar itu ternyata tidak sepenuhnya fiksi. Potret kesenjangan sosial di negara tersebut memang terjadi di bawah tanah gedung bertingkat.
Sebagai informasi, film Parasite bercerita mengenai satu keluarga sangat miskin. Seluruh anggota keluarga tersebut merupakan pengangguran hingga harus hidup di sebuah properti yang kalah tinggi dengan jalan raya.
Mengutip BBC, ternyata ribuan orang berusia muda di Korsel memang ada yang harus hidup di basement apartemen yang sempit dan tidak mendapatkan cahaya matahari. Kebanyakan memilih tempat tinggal tersebut karena harga sewa yang jauh lebih murah daripada tempat tinggal layak di negara asal K-Pop. Tempat tinggal bawah tanah itulah Banjiha.
Banjiha Dan Respon Pemerintah
Pada musim panas, penghuninya akan bertempur dengan kelembapan yang luar biasa dan jamur yang tumbuh subur. Kamar mandi di Banjiha juga sangat jauh dari kata nyaman. Ukurannya kecil hingga membuat penggunanya harus merenggangkan kaki agar kepala tidak terbentur langit-langit.
Mengutip NBC News, pemerintah Korsel tengah merencanakan untuk melarang Banjiha sebagai tempat tinggal. Wacana ini muncul setelah ada satu keluarga tewas terendam banjir di dalam apartemen Parasite mereka.
“Rumah di ruang bawah tanah dan setengah ruang bawah tanah atau Banjiha adalah model perumahan terbelakang yang mengancam kelompok orang yang rentan dan mereka harus pergi,” kata Walikota Seoul Oh Se-hoon kepada NBC News.
Menurut data Walikota Seoul sekitar 200.000 orang tinggal di Banjiha. Artinya ada sekitar 2 persen populasi Seoul yang hidup di tempat tinggal tidak layak di ibu kota Korsel.
Adapun sebenarnya sudah ada aturan dari pemerintah daerah yang melarang hunian di area bawah tanah pada 2012. Akan tetapi sekitar 40.000 banjiha malah dibangun dalam satu dekade sejak pengesahan aturan itu.
Penghasilan Kaum Miskin Jauh Dari Kemampuan Untuk Tinggal Di Tempat Layak
Pada tahun 2018, PBB mencatat bahwa meskipun Korsel merupakan ekonomi terbesar ke-11 di dunia, satu pekerjaan rumah yang berat untuk negara tersebut adalah menyediakan hunian layak dan terjangkau. Hal ini utamanya bagi kaum muda yang baru berkerja dan orang miskin.
Sebagai gambaran, penduduk Korsel dengan usia kurang dari 35 tahun, harus mengeluarkan uang 50 persen dari total pendapatan untuk mendapatkan hunian layak. Alhasil Banjiha menjadi opsi bagi mereka untuk memiliki alokasi dana simpanan.
Menurut BBC, sewa bulanan Banjiha sekitar 540.000 won atau sekitar Rp6,06 juta per bulan. Cukup jauh perbandingannya dengan harga rata-rata sewa apartemen di Seoul yang mencapai 1,5 juta hingga 2 juta won atau Rp16,84 juta hingga Rp22,45 juta.
Sementara itu rata-rata gaji bulanan penduduk usia 20-an adalah 2 juta won atau sekitar Rp22,45 juta. Di balik cerita kemiskinan Banjiha, tidak semua penghuni tersebut hidup dalam nestapa.
BBC melaporkan seorang bernama Oh kee-cheol’s memilih tinggal di Banjiha secara sadar untuk menghemat lebih banyak uang. Kendati demikian dia tidak menyangkal dia harus berhadapan dengan rasa kasihan orang kepada dirinya karena harus tinggal di bawah tanah.
“Di Korea, orang-orang berpikir penting untuk memiliki mobil dan rumah yang bagus. Saya rasa Banjiha adalah simbol kemiskinan,” katanya.
Banjiha Sebagai Produk Sejarah
Banjiha ternyata bukan hanya keanehan arsitektur Seoul atau tercipta dari kesenjangan ekonomi semata. Hunian ini bermula dari ruang-ruang kecil yang lahir dari konflik Korea Utara dan Korea Selatan.
Pada 1968, Korut menyelinap ke Korsel dalam misi membunuh Presiden Korsel Park Chung-hee. Di tahun yang sama, Korea Utara juga menyerang dan merampas kapal mata-mata milik Angkatan Laut AS, USS Pueblo. Agen bersenjata Korea Utara menyusup ke Korea Selatan dan pada saat itu ada beberapa insiden terorisme.
Serangan ini gagal, tapi menghasilkan ketegangan luar biasa antara kedua negara. Pemerintah Korsel pun mulai khawatir dengan eskalasi hubungan kedua negara.
Pada 1970 pemerintah mengeluarkan aturan yang mewajibkan low-rise apartment memiliki ruangan bawah tanah yang dapat mereka gunakan sebagai bunker bila terjadi serangan militer. Seiring dengan meredanya tensi Korsel-Korut, ruangan bawah tanah itu mulai disewakan dan kini terkenal dengan sebutan Banjiha.
Saat krisis 1980-an, dengan hunian yang semakin menipis di ibu kota, pemerintah terpaksa melegalkan ruang bawah tanah ini untuk menjadi tempat mukim masyarakat.
Itulah potret under cover yang menyedihkan di balik popularitas Korea Selatan di layar kaca yang mungkin belum banyak orang ketahui. Sekaligus menjadi PR besar untuk negara yang terkenal dengan industri operasi plastiknya itu.
sumber : berbagai media online dan Youtube
Korea Selatan Under Cover
UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang