Anugerah Investasi Dari Krisis Air Di Desa

Kisah ini tentang pilihan bekerja keras dengan cara cerdas berinvestasi. Perbandingan dengan bekerja keras tanpa melakukan investasi.

Tetap lakukan pekerjaan-pekerjaanmu saat ini. Dan mulailah bisnismu sendiri.
~ Robert T. Kiyosaki ~

Lakukan saja! Sekarang atau tidak akan pernah sama sekali.

Bencana Krisis Air Di Desa

Di sebuah desa nun jauh di sana, sebut saja Desa Jati Rahayu, terjadilah sebuah bencana yang menimpa penduduk masyarakat yang tinggal. Suatu hari, karena sesuatu dan sejumlah alasan lain, sumber mata air yang selama ini aliran air melewati dan menghidupi desa tersebut tidak nampak lagi.

Anugerah Investasi Dari Krisis Air Di Desa

Ketika masyarakat memeriksa, ternyata aliran air telah berubah ke arah berbeda. Dengan logika sederhana setelah mengamati segala sesuatunya masyarakat bisa menyimpulkan. Bahwa untuk mengembalikan aliran air ke posisi sebelumnya untuk mengaliri desa, maka akan butuh orang banyak. Tak hanya itu, tapi juga butuh perlengkapan dan alat kerja yang saat ini tidak dimiliki oleh pihak desa itu sendiri maupun desa-desa lain di sekitarnya. Tentu juga pada akhirnya akan membutuhkan biaya untuk melaksanakan pekerjaannya.

Dampak yang kemudian terjadi, kebutuhan air untuk minum dan makan masyarakat menjadi sulit, air untuk pertanian menghilang. Tentu saja hasil produk komoditas pertanian kemudian mengalami penurunan parah jumlahnya. Perputaran ekonomi masyarakat pun menjadi serba susah keadaannya.

Gotong Royong

Pilihan yang memungkinkan saat pembahasan oleh seluruh warga, mereka akan mencoba membuat sumur gali. Sementara untuk memenuhi kebutuhan air, masyarakat terpaksa harus pergi membawa wadah ke sumber air di lokasi berpindahnya arah aliran sungai. Jaraknya lumayan jauh dari desa jika harus menempuh dengan berjalan kaki. Serta belum tersedia prasarana jalan untuk kendaraan, hanya berupa jalan setapak.

Warga Kanekes Menolak Internet
Jika perkembangan teknologi tidak berdampak merusak dan menjadi bencana bagi manusia, mungkin Urang Kanekes berkenan membuka diri menerima modernisasi.

Namun sayang sekali hasilnya tidak memuaskan. Setelah mencoba bergotong royong melakukan penggalian di sejumlah titik untuk percontohan awal, ternyata lapisan tanah subur desa itu dangkal. Selebihnya adalah lapisan batuan yang mereka sendiri tidak tahu kedalamannya, karena semakin dalam penggalian hanya menjumpai bebatuan semata. Air yang muncul dari dalam tanah bebatuan terlihat terlalu sedikit jumlahnya untuk bisa memenuhi kebutuhan.

Padahal uniknya desa tersebut selama ini terkenal sebagai desa yang subur menghasilkan berbagai komoditas pertanian bermutu. Dengan jumlah pasokan ke kota menjadi andalan sumber bahan pangan. Penggalian sumur pun terpaksa mereka hentikan.

Mengadu

Atas kesepakatan hasil rembug desa, perwakilan masyarakat mencoba mengadukan persoalan air kepada pemerintah yang berwenang. Mulai tentu saja dari pihak pemerintahan desa, lalu ke tingkat kecamatan, kabupaten dan seterusnya. Berharap agar persoalan kebutuhan air di desa bisa lekas selesai.

Anugerah Investasi Dari Krisis Air Di Desa

Di antara perwakilan masyarakat desa tersebut, ada seorang pemuda. Sebut saja namanya Hanjuang. Singkat cerita, selain ikut membantu mengawal proses pengaduan kepada pemerintah, ia juga ada bertanya dan berdiskusi dengan teman-teman yang ia kenal di daerah lain.

Di antara teman-temannya, ada yang mengarahkan dan memberi petunjuk serta mengenalkan kepada pihak lain. Hingga akhirnya ia jumpa seorang pengusaha yang tertarik untuk ikut berinvestasi menyelesaikan persoalan kebutuhan air masyarakat di desa.

Jalan Ke Luar

Hasilnya, pada akhirnya pihak pemerintah memberi perhatian terhadap persoalan pemenuhan kebutuhan air desa. Namun pelaksanaannya masih terbatas dalam hal anggaran. Anggaran dana desa yang tersedia bisa teralokasi untuk memulai pekerjaan normalisasi maupun upaya membuat aliran air baru sungai ke desa. Namun tidak bisa sepenuhnya selesai di tahun anggaran berjalan. Perlu waktu lebih lama untuk bisa terlaksana selesai sepenuhnya.

Alasannya, karena ternyata tidak hanya Desa Jati Rahayu yang mengalami persoalan tersebut. Ada banyak desa lain yang lokasinya lebih hilir mengalami persoalan sama sebagai dampak beralihnya aliran air sungai.

Untungnya pemerintah juga memberi kesempatan kepada pihak swasta yang berminat investasi. Hanjuang berhasil bisa mendapatkan proyek aliran air sungai desa.

Singkat cerita, mulailah berbagai kajian penelitian pengumpulan data hingga dampak lingkungan untuk tetap mempertahankan kelestarian lingkungan hidup dan ekologi. Pembuatan rencana pekerjaan aliran air sungai bisa selesai terlaksana. Berbagai kebutuhan alat dan perlengkapan kerja bisa tersedia, sedangkan tenaga kerja berasal dari masyarakat desa itu sendiri. Sungai pun airnya bisa mengaliri menghidupi masyarakat desa itu kembali pada akhirnya.

Anugerah Investasi Dari Krisis Air Di Desa

Hanjuang pun tentu jadi mempunyai peluang berinvestasi untuk bisa mendapatkan proyek-proyek serupa untuk membantu menyelesaikan persoalan di desa-desa lainnya di hilir. Ia pun bisa mengembangkan bisnisnya sendiri dari hasil semua pekerjaan itu. Semua pihak bahagia mendapatkan keuntungan meski tidak dalam bentuk sama. Pertanian kembali subur, pasokan pangan kembali normal, ekonomi yang terpuruk meningkat lagi.

Masyarakat juga tidak perlu lagi bersusah payah membawa wadah berjalan jauh untuk mendapatkan air. Dengan hasil yang jelas tidak bisa mencukupi kebutuhan air dengan cara demikian.

Epilog

Kisah ini memang cerita fiktif tentang bekerja keras dengan cara cerdas dalam rangka untuk memotivasi untuk mau memulai berinvestasi. Orang yang pertama kali menuliskan dan menuturkan kisah ini sebagai ilustrasi adalah Robert T. Kiyosaki. Kiyosaki menuliskan dalam bukunya yang terkenal dan menjadi best selling, Rich Dad Poor Dad.

Banyak uang tidak akan menyelesaikan masalah.
Pilihan menjadi karyawan adalah solusi jangka pendek untuk sebuah masalah jangka panjang.

~ Robert T. Kiyosaki ~

Saya menuliskan kembali dengan harapan bisa menjadi motivasi juga bagi banyak orang untuk mengubah cara pandang bisa menjadi lebih sukses. Penulisan di sini memang meniru ide ceritanya saja. Jika ada kesamaan kisah ini dengan kejadian nyata, itu hanya kebetulan saja.

Nasehat Bagus

Kita mengira bahwa zaman semakin maju.

Padahal prinsip hukum alam adalah segala hal bergerak ke arah kekotoran, kekacauan, ketidaksetimbangan.

Padahal tetes air dimulai dari bening kemudian berjalan turun memuara, semakin lama semakin keruh dan toksik.

Padahal zaman dimulai dari peradaban tinggi kemudian mengalir ke Kaliyuga.

Manusia turun tidak dalam keadaan bodoh dan naif. Saat manusia turun, mereka masih “berbau sorga” dan berbekal ilmu keilahian yang luhung, darahnya masih berwarna Tarum, makanannya ekstrak Acining.

Hanya manusia berteknologi rendah yang membutuhkan kabel, tombol, dan bunyi bising.

Tidaklah bernama teknologi tinggi selama ia dicapai dengan mengotori udara, tanah, dan air, mengotori pembuluh darah, otak dan hati manusia.

Kemajuan derajat kemanusiaan dan ketinggian moralitas kemanusiaan tak bisa dicapai saat kita jauh dari hormat dan bakti terhadap Ibu Pratiwi dan Bapa Langitan.

~ Hendra Hendarin ~

Cag’!

Saya sendiri lebih setuju dan mengerti bahwa segala sesuatunya adalah perubahan dan siklus

Maju atau mundur, baik atau buruk, suka atau tidak suka, adalah nilai buatan manusia itu sendiri. Manusia membuat nilai, lalu melakoni nilai-nilai itu juga.

Anugerah Investasi Dari Krisis Air Di Desa

UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang

About the author : Tim Kreatif
Tell us something about yourself.