Masih Banyak Tikus Dalam Kekuasaan..!

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyampaikan bahwa Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan aksi Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) 2023-2024 hanya seremonial.

“Presiden tidak suka ini (aksi seremonial). Jadi saya minta kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang sudah menandatangani komitmen pencegahan korupsi hari ini segera menyosialisasikan ke jajarannya. Jangan hanya tanda tangan saja tapi tidak mengerti isinya. Ini pesan saya,” kata Moeldoko pada Acara Penandatanganan Komitmen Pelaksanaan Aksi Pencegahan Korupsi 2023-2024 di Jakarta, Rabu (8/3).

Moeldoko meminta agar aksi pencegahan korupsi harus terasa barunya dan riil dalam menyelesaikan masalah konkret di tengah masyarakat. Dia mencontohkan harus ada aksi pencegahan persoalan pungutan liar di layanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan administrasi kependudukan.

“Maka kanal aduan pungli dan korupsinya harus lebih kuat,” kata dia.

harus memiliki relevansi dengan upaya peningkatan Indeks Persepsi Korupsi (IPK), Indeks Efektivitas Pemerintah, dan Indeks Perilaku Antikorupsi.

“Presiden tidak happy dengan capaian IPK kita, dan beliau memerintahkan berbagai langkah korektif untuk langsung bertindak,” kata Moeldoko.

Moeldoko memaparkan lima arahan Presiden Jokowi terkait aksi pencegahan korupsi yang harus jajaran pemerintah Laksanakan.

Pencegahan Korupsi

Lima arahan penguatan sistem pencegahan korupsi, penindakan korupsi besar, profesionalitas aparat penegak hukum, pelacakan dan pemulihan aset (asset tracing and asset recovery), serta penguatan regulasi pemberantasan korupsi, khususnya RUU Perampasan Aset.

MASIH BANYAK TIKUS DALAM KEKUASAAN..!

“Waktu kita sudah tidak banyak, publik menunggu, masyarakat mengharapkan gebrakan kita,” kata Moeldoko.

Stranas PK merupakan arah kebijakan nasional yang fokus dan sasaran pencegahan korupsi yang Berguna sebagai acuan kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan aksi pencegahan korupsi.

Stranas PK bekerja bawah koordinasi lima kementerian/lembaga, yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kantor Staf Presiden, Kementerian PAN-RB, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Menurut Kantor Staf Presiden (KSP), sejak terbitnya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi telah terjadi perbaikan sistem pencegahan korupsi yang fokus, terukur, dan berdampak.

perbaikan basis Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) pada NIK yang menghasilkan ketepatan sasaran penyaluran bantuan sosial sehingga berdampak pada efisiensi keuangan negara setara Rp1,79 triliun.

Stranas PK mewujudkan reformasi di 14 pelabuhan untuk digitalisasi proses bisnis yang mempercepat waktu sandar dari tiga hari menjadi satu hari, dan efisiensi waktu bongkar muat dari 8-10 TEUs per crane per jam menjadi 35-40 TEUs per crane per jam.

“Ini tentu harus berlanjut khususnya untuk penguatan pengawasan dan proses bisnis di Bea Cukai dan Balai Karantina,” kata Moeldoko.

Artikel ini telah terbit di: Bergelora.com

Masih Banyak Tikus Dalam Kekuasaan ..!

UTHKG; Desain website oleh Cahaya Hanjuang

About the author : Ryan Winters
Tell us something about yourself.