Pernahkah kalian berteman dengan orang yang sok pintar? Bayangkan saat kalian sedang berdiskusi di kelas dan ada seseorang yang mengeluarkan pendapat dengan sangat percaya diri. Namun, pendapatnya tidak berbobot dan terlebih lagi menolak untuk di sanggah.

Dalam psikologi, sifat sok pintar ini mempunyai sebutan Dunning-Krugers effect, loh! Sebutan ini ditujukan kepada fenomena psikologis yang menggambarkan kecenderungan seseorang yang kurang terampil dalam suatu bidang untuk merasa terlalu yakin dengan kemampuan atau pengetahuannya.

Fenomena ini juga sering kali terkait dengan kecenderungan individu menilai dirinya lebih baik dari orang lain. Mengejutkannya, dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa 93% populasi di dunia menganggap diri mereka lebih baik dari rata-rata. Mayoritas orang berpikir bahwa mereka lebih cerdas dan lebih menarik dibandingkan mayoritas orang lain. Secara logika, hal tersebut tidak mungkin terjadi, bukan?

Ketidakmampuan Menilai Diri Sendiri

Fenomena ini menyatakan banyak orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menilai diri sendiri. Semakin tidak kompeten seseorang, semakin mereka melebih-lebihkan diri sendiri. Sebaliknya, orang yang mampu atau kompeten cenderung untuk meremehkan diri sendiri. Kemudian, merupakan fakta bahwa orang yang kurang kompeten tidak mengubah sikap mereka bahkan setelah dihadapkan pada kenyataan.

Mengenal Dunning-Kruger Effect

Dalam sebuah diskusi internet, kita mungkin sering bertemu dengan seorang netizen yang sangat mempertahankan pendapatnya dan tidak mengubahnya bahkan setelah seseorang membantahnya secara masuk akal. Kita juga mungkin memiliki teman yang sering bercerita tentang konspirasi-konspirasi yang ia percaya atau teman yang memberikan nasihat untuk menyingkirkan microwave karena melihat dampaknya di internet.

Hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai bukti banyak orang yang mengalami fenomena ini. Bahkan, dalam sebuah penelitian mendapatkan hasil 94% profesor berasumsi bahwa mereka lebih baik dari rata-rata daripada kolega mereka. Semua orang tersebut memiliki suatu kemiripan, yaitu ketidaktahuan yang mereka abaikan.

Ketidaktahuan Adalah Kekuatan

Ketidaktahuan adalah kekuatan, merupakan salah satu motto ingsoc dalam novel 1984 karya George Orwell. Motto ini sendiri tidak jauh dari fakta yang ada. Socrates, filsuf Yunani memiliki warisan berupa skeptisisme terhadap ilusi mengetahui ini. Bahkan, Charles Darwin, ahli geologis dan naturalis, menganggap Ketidaktahuan lebih sering melahirkan rasa percaya diri daripada pengetahuan itu sendiri. Selain itu, masih banyak lagi tokoh yang melihat ancaman dari ketidaktahuan ini dalam pengetahuan dan sains. Maka, tidak heran jika para psikolog mulai meneliti hal ini.

Fenomena ini sendiri ditemukan oleh psikolog Universitas Cornel, David Dunning dan Justin Kruger. Menariknya, penemuan ini ditemukan karena pemikiran yang tidak biasa milik seorang pelaku perampokan bank. Sang pelaku melakukan perampokan tanpa penutup kepala dan merasa kaget saat polisi menangkapnya, karena ia telah menutupinya dengan jus lemon. Nah, ternyata sang pelaku percaya jika menumpahkan jus lemon ke tubuhnya, maka ia tidak akan terlihat oleh kamera dan mengagetkannya setelah diberikan rekaman CCTV ia menganggap rekaman tersebut palsu. Bodoh, bukan?

Orang yang tidak kompeten melebih-lebihkan kemampuannya karena ketidaktahuannya dengan masalah tertentu. Ini biasanya terjadi pada kegiatan sehari-hari seperti, menulis, berbicara, atau bahkan mengemudi. Orang yang kurang ahli dalam hal-hal ini seringkali terlalu yakin pada kemampuan mereka karena kurangnya pengalaman atau pengetahuan yang memadai. Kesalahan mereka terletak pada perspektif mereka terhadap pengetahuan itu sendiri. Fenomena ini juga dapat muncul dari keyakinan yang berlebihan pada kemampuan pribadi tanpa dasar yang kuat.

Di sisi lain, orang yang kompeten mengetahui kemampuan mereka dengan sangat baik, karena mereka tahu batas kemampuan mereka. Meskipun begitu, mereka juga memiliki masalah sendiri yaitu ketidakmampuan dalam menilai orang lain seperti, ketika sebuah tugas mudah bagi mereka, mereka berpikir hal itu juga mudah bagi orang lain.,

Sekali Bodoh Berarti Selalu Bodoh

Mungkin tampak sulit untuk membantu orang bodoh untuk menyadari ketidaktahuan mereka. Sebuah fakta mereka akan tetap bodoh karena mereka tidak bisa mengakui bahwa mereka bodoh. Namun, setidaknya ada sebuah jalan keluar yaitu pengetahuan.

Mengenal Dunning-Kruger Effect

Dalam sebuah penelitian, mendapat sebuah hasil bahwa dengan mengajarkan untuk berpikir logis secara singkat membuat orang lebih realistis dengan kemampuan mereka. Menurut Dunner, cara untuk membuat orang bodoh ini sadar dengan kemampuannya ialah dengan membuatnya menjadi kompeten. Semakin banyak orang tahu, semakin mereka menyadari betapa sedikit yang mereka ketahui pada kenyataannya.

Selain itu, umpan balik tidak dapat terabaikan. Umpan balik positif dapat memperkuat keyakinan mereka, sedangkan menurut beberapa penelitian umpan balik negatif sekalipun, jika memberikan dengan benar, dapat meningkatkan keakuratan orang yang tidak kompeten dalam melakukan penilaian diri.

Sekarang Anda tahu mengapa sekali bodoh berarti selalu bodoh. Kadang, orang yang merasa lebih tahu ini justru sulit untuk diajak berdiskusi. Sekarang Anda sudah dapat memahami orang-orang yang menghabiskan waktu bersama Anda untuk mencoba menjelaskan sesuatu kepada mereka dengan sia-sia.

Terdapat suatu ucapan dari tokoh humanis Michel de Montaigne yang sangat menggambarkan fenomena ini yaitu, “Selalu merasa benar adalah tanda kebodohan.” Apakah kalian akan tetap membiarkan fenomena ini berlanjut ? Membiarkan fenomena ini terus-menerus membatasi diri anak-anak bangsa dalam belajar hal di luar tempurungnya. Seperti sebuah pepatah, Bagai katak dalam tempurung. Itu semua terserah kepada keputusan kalian sekarang. Ingin membiarkannya atau menghentikannya.

Sumber artikel: Detik.com

Mengenal Dunning-Kruger Effect

UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang

About the author : Karl Guevara
Just Newbie