Misteri Chronovisor Yang Tersembunyi Di Vatikan
Chronovisor. Mungkin sebagian orang baru mendengar istilah tersebut. Telah menjadi kontroversi sejak puluhan tahun silam mengenai sebuah benda bernama Chronovisor. Dan memaksa kita menghubungkannya dengan berbagai misteri yang tidak tersentuh di Vatikan. Jika kita mencari informasi di internet, pembahasan Chronovisor telah ada sejak bertahun-tahun lamanya. Banyak artikel yang mengulasnya setidaknya bisa kita temukan mulai yang bertanda tahun 2014.
Beberapa bulan belakangan ini di media sosial Tik Tok kembali ramai membahas tentang Chronovisor yang mengundang pro dan kontra. Banyak akun Tik Tok dari pengguna di berbagai negara membuat konten mengenai benda tersebut. Artinya memang misteri Chronovisor tetap menjadi perbincangan menarik hingga saat ini.
Apa Sesungguhnya Chronovisor? Mari Kita Bahas.
Vatikan. Sebuah negara enklave yang penuh dengan misteri dan konspirasi. Perpustakaan Vatikan yang terkenal sakral dan tabu untuk publik menyimpan berbagai manuskrip-manuskrip kuno dan literatur-literatur sejarah. Sebagian besar berhubungan dengan sosial dan agama. Dari semua rahasia Vatikan, tidak ada yang lebih “mencengangkan” dari legenda sebuah perangkat bernama: Chronovisor.
Mengutip sumber wikipedia, Chronovisor merupakan nama untuk sebuah mesin yang diduga dapat memperlihatkan kejadian masa lalu untuk menganalisis momen-momen penting dalam sejarah. Potensi yang ada adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada masa sekarang dengan bukti-bukti yang akan sangat mengejutkan.
Pada bulan Mei 1972, mingguan berbahasa Italia bernama La Domenica del Corriere mempublikasikan sebuah berita spektakuler tulisan Father Pellegrino Ernetti. Ia merupakan seorang imam Benediktin, ahli fisika kuantum, dan spesialis elektronik osilator yang telah membuat sebuah alat bernama Chronovisor. Alat yang mampu menangkap gambar dan suara dari peristiwa masa lalu.
Ernetti mengatakan bahwa teknologi tersebut ia ciptakan dengan bantuan dari 12 ilmuwan terkenal dunia lainnya. Termasuk fisikawan terkenal peraih hadiah Nobel fisika Enrico, Fermi. Dan mantan ilmuwan NASA, Wemher von Braun dan klaimnya dengan cepat menyebarkan suatu kontroversi di seluruh dunia.
Terlepas dari kritik terhadap Chronovisor yang dianggap sebagai sebuah penipuan, Ernetti tetap mempertahankan kamera spesialnya serta membantah bahwa Vatikan menghalanginya untuk berbicara lebih lanjut tentang penemuannya.
Buku Pastor Brune Mengiyakan Klaim Keberadaan Chronovisor
Meskipun keberadaan Chronovisor tidak pernah terbukti secara empirik, sebuah buku terbitan tahun 2002 oleh pastor Vatikan Pastor Francois Brune, Le Nouveau Mystre du Vatican, justru mengatakan sebaliknya.
Di dalam bukunya, Brune menjelaskan bagaimana dia bertemu Pastor Ernetti dalam perjalanan perahu saat melintasi Grand Canal Venesia pada awal 1960-an.
Seperti halnya Brune, Ernetti adalah seorang pakar dalam bidang sejarah bahasa kuno. Ketertarikan mereka pada subjek bidang yang sama membuat percakapan menjadi mengalir dengan alami. Awalnya mereka berdiskusi tentang sejarah keagamaan. Tapi segera, Ernetti mengarahkan obrolan mereka ke dalam topik sains.
Ernetti mengatakan kepada Brune bahwa dia memiliki akses untuk mencari kebenaran tafsir alkitab melalui perangkat penjelajah waktu.
Menjadi Jendela Masa Lalu
Menurut penjelasan Ernetti, energi yang berpendar dan suara dari objek yang terpancar direkam pada lingkungan mereka, di mana hal ini adalah fungsi dari Chronovisor yang mampu merekonstruksi ulang energi dari gambar dan bunyi dari sebuah peristiwa spesifik dari masa lalu.
Terbuat dari sinar katoda, antena, dan logam yang menerima sinyal suara dan cahaya pada semua panjang gelombang, Chronovisor memungkinkan tim ilmuwan untuk mendokumentasikan peristiwa di masa lalu, termasuk penyaliban Yesus Kristus.
Oleh karena itu, mesin tersebut dapat berguna untuk memvalidasi ajaran-ajaran Alkitab, dengan cara “meninjau”nya langsung ke peristiwa tersebut di masa lalu.
Menurut Ernetti, perangkat tersebut memiliki beberapa antena. Tiga di antaranya terbuat dari logam “misterius” yang menangkap suara dan gelombang cahaya. Sebuah “tracker” pada perangkat tersebut dapat dia setel ke era tertentu yang ingin dia lihat. Sementara layar monitor akan menampilkan peristiwa tersebut, sekaligus merekamnya. Menurutnya, Chronovisor lebih merupakan jendela ke masa lalu daripada mesin waktu.
Ernetti mengatakan Chronovisor berfungsi layaknya sebuah televisi. Sebuah perangkat yang menangkap gema dan frekuensi dari masa lalu yang tersebar di angkasa. Dan dia mengklaim telah menyaksikan beberapa hal yang mencengangkan.
Ernetti menceritakan bagaimana dia menyaksikan dari berdirinya Kekaisaran Romawi hingga penghancuran Sodom dan Gomora. Ernetti juga mengatakan bahwa dia dan timnya telah mengintip beberapa peristiwa terpenting dalam Alkitab. Melihat batu Sepuluh Perintah Allah yang asli, serta pidato Marcus Tullius Cicero di depan senat Romawi pada tahun 63 SM.
“Gerakannya, intonasinya,” kata Ernetti. “Betapa tangguhnya mereka! Sungguh pidato yang mengesankan”, ujarnya. Ernetti juga menambahkan sebuah klaim yang sangat kontroversial dan memberikan bukti yang tidak terbantahkan mengenai eksistensi dari alatnya. Yakni sebuah foto yang dia ambil pada saat Yesus Kristus sedang menanggung derita di atas kayu salib. Penemuan sosok Kristus akhirnya menyerupai sebuah pahatan di Shrine of Merciful Love di Collevalenza.
Misteri Chronovisor Terus Menarik Para Peneliti
Rasa ketertarikan terhadap alat ini berlanjut sampai hari ini. Dua tim peneliti saat ini sedang menginvestigasi kemungkinan untuk mencipta ulang sebuah Chronovisor dengan berdasar pada prinsip dari penjelasan Ernetti. Bila Ernetti mencoba untuk menangkap gambar dari masa lalu, sebuah group ilmuwan Soviet berani melakukan hal-hal yang lebih membahayakan secara fisik melangkah masuk ke dunia lain yang sejajar (paralel).
Ketertarikan ilmuwan saat ini mungkin yang menjadi penyebab Chronovisor menjadi perbincangan hangat kembali melalui Tik Tok.
Terlepas dari berbagai kontroversi Chronovisor yang misterius, apakah alat ini benar-benar ada atau hanya sebuah propapanda. Segala hal yang menyangkut tentang perjalanan melintasi dimensi waktu, untuk mengetahui rentetan peristiwa di masa lalu atau masa depan selalu menjadi topik pembahasan yang menarik.
Jika Chronovisor benar-benar ada dan Vatikan menyembunyikannya itu memang menjadi permakluman.
Sejarah ditulis oleh para pemenang yang selanjutnya menjadi penguasa. Pemenang akan menulis sesuai kepentingannya, untuk terus menguatkan hegemoninya.
Maka sangat mungkin peristiwa yang sekiranya akan mencoreng nama baik, menghancurkan reputasi dan meredupkan hegemoni mereka akan sedemikian rupa direkayasa, dimanipulasi, disembunyikan atau bahkan diubah ceritanya. Dan tidaklah mengherankan jika cerita sejarah kemudian menjadi barmacam-macam versinya atau bahkan tergeser menjadi mitos.
Nah, alat bernama Chronovisor yang klaimnya bisa menampilkan kronologi kejadian di masa lalu secara akurat ini jika sampai digunakan oleh orang banyak bukankah bisa membahayakan eksistensi para penguasa?
Peristiwa yang sebenarnya pada masa lalu bisa dengan mudah tersebar ke seluruh dunia. Doktrin sejarah yang sudah tertanam berabad lamanya, bahkan menjadi kurikulum pendidikan di seantero dunia akan diragukan dan dipertanyakan kebenarannya. Dan hal ini para penguasa jelas tidak menginginkannya. Maka keberadaan alat tersebut harus disangkal dan dipropagandakan sebagai penipuan belaka. Atau dengan jelas dinyatakan bahwa alat tersebut tidak pernah ada.
Tapi bisa jadi juga berlaku sebaliknya, alat tersebut memang sebenarnya tidak pernah ada. Namun mereka buat “seolah-olah” ada dan sengaja disembunyikan oleh pihak gereja. Hal tersebut menjadi masuk akal sebagai alat penguatan hegemoni. Untuk tetap menggiring opini publik bahwa Vatikan tetaplah menyimpan kekuatan hebat dalam banyak misteri yang mereka sembunyikan dan tidak bisa sembarang orang mengaksesnya. Semakin misterius, semakin tidak tersentuh maka akan dianggap semakin hebat tidak terkalahkan.
Para pembaca, terserah anda, akan mempercayai yang mana. Selamat menganalisa.
Misteri Chronovisor
Artikel ini telah terbit di nunikcho.com uthkg.com Universitas Terbuka Hong Kong dan Macau