My Journey

Pada tanggal 20 Agustus 2014 adalah hari yang bersejarah. Yang di mana aku harus meninggalkan buah hatiku yang masih berumur tiga tahun, untuk tinggal bersama kakek dan neneknya di kampung. Aku memberanikan diri untuk pergi merantau ke luar negeri yaitu jadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) negara tujuan Hong Kong.

Demi masa depan anak dan keluargaku. Karena semenjak suami ku meninggal dunia, aku harus jadi tulang punggung keluarga, berperan jadi ibu plus ayah untuk anakku. Akupun menghubungi sponsor untuk menjemputku dan menyiapkan berkas-berkas untuk mendaftar ke PT di Jakarta.

Pada pagi itu aku pamitan sambil memeluk anak laki-lakiku dan menangis, terasa berat sekali meninggalkannya.  Aku merasa menjadi seorang ibu yang jahat telah meninggalkan anak, tapi percayalah nak ini demi masa depanmu kelak. Ibu berjuang untuk kamu nanti, supaya bisa sekolah tinggi, punya rumah bagus, dan masa depan yang jauh lebih baik lagi.

Aku pamit kepada kedua orang tua ku “Bu…..Bapak….aku titip Anakku, Jaga Adit dan sayangi seperti aku menyayanginya.”
(Sambil nangis).
Bapak sama ibu bilang “jangan khawatir, pasti akan menjaga dan menyayangi jagoan kamu. yang penting kamu hati-hati jaga kesehatan dan keselamatan nanti kabar-kabarin ke rumah ya”.

“Bip…bip….bip” suara klakson mobil di luar terdengar, itu mobil jemputan dari PT sudah datang. Aku naik mobil dan mengucapkan selamat tinggal pamitan ke anak dan orang tuaku. Di jalanpun aku tidak henti meneteskan air mata. Tapi tekadku sudah bulat dengan modal nekad, aku akan memperjuangkan anak dan keluargaku, walaupun itu nyawa taruhannya.

***

Akupun sudah tiba di PT tempat penampungan para TKI, aku turun dari mobil dan menggered koperku masuk. Aku menunggu petugas di ruang tunggu dan masuk ke dalam ruangan mengisi formulir pendaftaran. Tadi aku mabuk di perjalanan karena jarak dari kampung ke Jakarta cukup jauh, sangat melelahkan.

Aku kepikiran anakku, apakah dia sudah makan apa belum? sudah mandi apa belum? akupun menelpon dan mengabari mereka kalau aku sudah sampai jakarta. Tiba-tiba petugas datang dan mengantarku ke tempat khusus buat tidur. Di sana sudah banyak puluhan TKI dari berbagai daerah. Akupun disambut sama teman-teman di sana dan berkenalan.

Mereka sudah pada senior banyak pengalaman. Ada yang sudah ke Singapura, Saudi Arabia, Malaysia, Taiwan dan lain sebagainya. Aku yang paling muda di sana umur ku masih 22 tahun. Aku beradaptasi dengan tempat baru ku, harus membiasakan makan mengantri, ke kamar mandi mengantri menerapkan kedisiplinan.

Kamipun tidak boleh menggunakan Handphone (HP). Setiap senin pagi semua HP dikumpulkan dan diberi nama supaya tidak hilang dan tidak tertukar. Di malam pertama aku gelisah tidak bisa tidur teringat sama anakku, apakah dia sudah tidur atau belum? Aku selalu mengingatnya dan merindukan buah hatiku. Karena ini pertama kalinya aku jauh dari anak, Aku pun tidak bisa tidur sampai jam 12 malam, semua teman-teman sudah tertidur pulas.

Kurang lebih ada 80 TKI dalam ruangan tidur beralaskan kasur lantai saja. Akupun kebelet pipis, tapi tidak bisa menahan lagi mungkin karena tadi sore aku kebanyakan minum air. Toiletnya agak jauh, harus turun ke lantai satu dekat kantor di bawah menuju lorong yang sepi. Akupun berjalan walaupun takut dan tidak berani, mana mungkin aku bangunkan teman hanya untuk minta antar ke toilet. Aku takut mereka marah dan mengganggu istirahat tidurnya.

Aku turun tangga pelan pelan menuju toilet.

Sepertinya aku merasakan perasaan tidak enak, dan tidak sengaja aku melihat ada sosok hitam kakek tua berada di pojokan. Aku pun ingin menjerit sekencang-kencangnya karena kaget tapi aku ingat semua teman sudah tertidur pulas. Aku hanya menutup mulutku dengan spontan dan membaca lapadz Allah, dan istighfar…..Astaghfirullah Aladzim….Allahu Akbar…3x dan sosok itu hilang seketika.

Dan aku lari dengan cepat kembali ke tempat tidur dan menutup mukaku menggunakan selimut sampai hati dan pikiran ku tenang. Aku dzikir menggunakan tasbih untuk menyebut asma Allah dan membaca surat Yasin dalam Al-Qur’an kecil yang selalu aku bawa dari rumah. Dan hampir jam dua pagi baru aku bisa tidur.

Keesokan harinya aku pun tidak berani cerita ke teman-teman, takut mereka pada takut setelah mendengar ceritaku nanti mereka paranoid atau mengira aku kebanyakan melamun dan berhalusinasi. Tidak bisa dipungkiri teman-teman banyak yang memiliki masalah dan trauma di dalam kehidupannya masing-masing. Ada yang curhat di tinggal selingkuh, ada yang suaminya meninggal dunia. Ada yang bercerai karena faktor ekonomi, ada yang terlilit hutang dan lain sebagainya.

Besok malamnya adalah malam Jum’at Kliwon kami mengadakan pengajian bersama. Paginya kami melakukan kerja bakti dan mulai belajar masuk kelas masing-masing. Ada bahasa kantonis untuk yang akan ke Hong Kong, kelas bahasa Mandarin untuk yang mau ke Taiwan dan kelas bahasa Inggris untuk yang ke Singapura.

Rutinitas tiap hari yaitu membagi jadwal piket, mengantri mandi dan makan. Bukan hanya kesehatan jasmani saja yang dijaga, kesehatan rohani juga harus terjaga. Supaya tidak melamun dan berhalusinasi, supaya tetap sehat mental kita karena banyak tekanan dan ujian datang. Biasalah di PT semakin tinggi persaingan, kadang ada yang berantem sesama TKI karena beda pendapat atau pada ingin menjadi yang terbaik. Sering ada yang kehilangan pakaian dan lain -lain.

Namanya juga banyak orang jadi kita harus waspada dan hati-hati kalau menyimpan barang.

Kadang ada persaingan yang tidak sehat, itu manusiawi kita akan berjumpa dengan hal yang seperti itu di mana pun kita berada. Yang penting kita pada prinsip kita yang baik, jujur dan akan banyak teman.

Pada malam harinya ada teman yang lupa membersihkan pembalut di toilet sehingga masih bau amis dan banyak darah. Dan katanya mahluk halus lebih suka mengisap darah dari mensturasi/darah haid. Ada teman kerasukan mengamuk-ngamuk dan teriak-teriak. Semua teman memegangi tangan dan kakinya. Tapi sungguh dahsyat kekuatannya sampai-sampai semua kewalahan karena katanya ada sosok gaib yang masuk ke dalam tubuh temanku.

Kami semua membacakan surat Yasin dan memanggil Bapak ustadz yang dekat penampungan. Dan membacakan doa supaya yang merasukinya cepat keluar. Selang beberapa jam kemudian temanku sudah sadar. Dia terbaring lemas tidak bertenaga karena dia tidak sadarkan diri semua tenaganya keluar keringat bercucuran.

Tapi setelah ditanya dia tidak merasakan apa-apa. Ada salah satu guru yang mengambil video pas kerasukan. Karena kita semuanya tidak menggunakan HP, semuanya dikumpulkan dan baru dibagikan pada Minggu pagi.

***

My Journey

Pak ustadz yang tinggal dekat penampungan dan sudah lama puluhan tahun tinggal di situ. Beliau menceritakan asal usul tempat itu. Dulunya bangunan PT yang besar itu adalah bekas rumah orang kaya yang meninggal. Karena kebakaran satu keluarga hangus terbakar. Jadi arwahnya kadang masih gentayangan.

Pak ustadz pun memberikan ceramah kepada semua TKI yang mau berangkat untuk kuatkan iman dan takwa. Ingat yang lima waktu jangan ditinggalkan dan banyak berdzikir memohon kepada Allah SWT semoga kita semuanya selalu dalam lindungan-Nya.

Harus banyak menyebut asma Allah dan tidak boleh melamun dan berhalusinasi. Kita fokuskan kepada tujuan utama biarlah yang di rumah menjalankan tugasnya menjaga anak dan kita fokus pendidikan bahasa dan kerja. Aku selalu mengingat pesan kedua orang tuaku dan pesan dari pak ustadz.

Hari demi hari berjalan dengan seperti biasanya. Dan kita semua mengambil hikmahnya dari kejadian itu. Supaya kita hidup bersih, dan menjaga kesehatan jasmani dan rohani kita. Perbanyak mendekatkan diri kepada Allah SWT yang akan menolong kita dalam keadaan sesulit apapun itu. Karena Allah tidak akan menguji mahluknya di luar kemampuannya.

Hidup ini penuh ujian dan cobaan semuanya semata-mata ingin mendapatkan keridhoan dari Allah SWT. Supaya kita ada di jalan yang lurus dan bahagia dunia akhirat. Aamin ya Robal Alamin.
Rasanya aku tidak betah lagi tinggal di PT melihat keadaan seperti ini ingin rasanya cepat terbang ke Hong Kong.

Alhamdulillah akhirnya aku dapat interview sama majikan hari berikutnya. Video call sama nyonya dan tuan dari Hong Kong.

Akupun dipanggil oleh yang punya PT dan langsung masuk ke kantor. Aku rasanya seperti duduk di kursi panas seperti di acara kuis yang ada di TV “who wants to be millionaire?” Yang ada di pikiran ku adalah aku calon Jutawan yang punya banyak uang dan bisa membahagiakan anak dan orang tua.

“Cousan, Lei kiu Mei meng a? Lei keito soi a?Lei Sik em Sik Jui fan a? Lei Sik em Sik ciuku pipi a?”.
(Selamat pagi, nama kamu siapa? Umur kamu berapa ? Kamu bisa masak tidak ? Kamu bisa jaga bayi tidak?)
“Cousan…Dai Dai, Cousan Sing Sang, ngo meng kiu Neni Suryani, ngo yisap yi soi, ngo Sik juifan, ngo Sik ciuku pipi a. Toce sai”.
(Selamat pagi Nyonya, selamat pagi tuan, nama ku Neni Suryani, umur 22 tahun, aku bisa masak dan aku bisa jaga bayi, Terimakasih).

Sambil tersenyum senang karena orang Hong Kong Suka kita murah senyum, ramah, dan baik hati.

Dengan semangat aku menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan majikan kepada ku. Mereka suka dengan aku dan langsung tanda tangan kontrak dan mempercepat proses visaku. Karena mereka sedang butuh orang untuk menjaga bayinya dan memintaku cepat terbang ke Hong Kong karena bayi mereka akan cepat lahir.

Alhamdulillah, sujud syukur aku terus menelpon mengabari orang tua bahwa aku sudah dapat majikan dan akan segera terbang ke Hong Kong. Waktu begitu cepat berlalu, kulalui hari demi hari walaupun terasa berat selama tiga bulan di PT. Badanku semakin kurus karena pusing banyak pikiran dan memikirkan pelajaran bahasa supaya cepat pintar.

Aku langsung mendapatkan tiket pesawat pada 19 Desember 2014. Aku mempersiapkan segala kebutuhan yang harus kubawa, menyiapkan baju, jaket yang tebal karena di sana sudah memasuki musim dingin. Harus benar-benar jaga kesehatan karena tidak sama seperti Indonesia lagi cuacanya. Harus bisa adaptasi dengan musim dan dengan majikan. Kebiasaan di sana sangat berbeda dengan di sini. Siap semangat… akhirnya penantian yang kutunggu-tunggu tiba juga dan meninggalkan PT ini. Welcome ….. Hong Kong. I am ready work hard and Make Dream Become True.

My Journey

UT HKG & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang

About the author : Suryanie Nenny
Tell us something about yourself.