Sang Inspirasi Bernama Sari, Alumni UTHKG Berprestasi

Ibarat pepatah, “pelaut ulung tidak dihasilkan dari keadaan laut yang tenang”, begitu pula keberhasilan. Ia pasti adalah buah dari perjuangan dan kerja keras, serta berasal dari mental para pemberani.

Sang Inspirasi Bernama Sari

Bekerja menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri, mencari nafkah sekaligus berjuang mencari ilmu, menempuh pendidikan tinggi. Dan kelak pulang ke tanah air membawa segudang prestasi, berkarier di negeri sendiri dengan gemilang. Tentu semua itu harus ditebus dengan berjuta pengorbanan, kerja keras tiada henti, berbekal tekad kuat, semangat pantang menyerah, dan mental sekeras baja. Sehingga kesuksesan itu dapat digenggam dengan derai tangis bahagia dan sujud syukur ke hadapan Sang Pencipta.

Sang Inspirasi Bernama Sari

Inilah yang telah dialami seorang alumni Universitas Terbuka Hong Kong (UTHKG), Sari, begitu orang biasa memanggilnya.

Ya, Sari Narulita namanya. Telah Bergelar Sarjana Sastra (S.S.) sejak tahun kelulusannya, 2016. Lulus dari UTHKG program studi Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan, Ia memiliki segudang karier di dunia pendidikan. Menjadi guru di berbagai jenjang sekolah, serta pioneer literasi membaca bagi anak-anak di daerah kelahirannya, Lampung. Tepatnya daerah Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung.

Sari mengenang perjuangannya saat ia datang ke Hong Kong sebagai PMI. Ia bercerita kepada tim uthkg.com tentang kisah hidupnya yang begitu dramatis, mengharukan dan sarat inspirasi bagi siapapun yang mendengarnya.

Selama 7 tahun bekerja di Hong kong, Sari mengalami pahit manis dan asam garamnya perjuangan hidup, sekaligus perjuangan meraih kesuksesan sehingga bisa lulus kuliah dari UTHKG tepat waktu.   

“Saya masuk ke Hong Kong tahun 2009, bekerja dengan majikan kaya dengan background pendidikan tinggi. Kedua majikan saya bekerja sebagai arsitek profesional. Tugas saya merawat 2 anak,” Sari memulai ceritanya.

Sang Inspirasi Bernama Sari

“Lalu kontrak kerja selesai, dan saya pindah bekerja di majikan ke-2 dengan job  merawat anak berkebutuhan khusus dan juga seorang nenek yang sudah pikun. Di tempat majikan inilah saya mulai daftar kuliah. Demi mencari situasi aman, saya cuma minta ijin ke majikan untuk libur di hari Minggu atau Sabtu untuk ikut kursus komputer. Saya terpaksa berbohong, karena takut majikan tidak memberi ijin jika jujur mengatakan saya kuliah,” tutur Sari.

Sari melanjutkan kisahnya, “dari situasi pekerjaan yang sangat padat itu, alhasil saya sangat kesulitan belajar, harus sembunyi-sembunyi dari majikan. Bisa membaca modul kuliah pada malam hari saja setelah selesai bekerja.  Dengan penerangan seadanya yaitu lampu senter HP nokia. Dan ketika waktunya mengerjakan tugas kuliah saya selalu menangis karena tidak punya banyak waktu, dan masih belum terlalu bisa untuk mengerjakan tugas lewat komputer.”

Sang Inspirasi Bernama Sari

“Tapi mungkin Allah memang punya rencana lain, nenek yang saya rawat meninggal dunia, dan kontrak kerja saya difiniskan. Majikan juga  membantu saya mencarikan pekerjaan baru,” lanjut Sari.

“Syukur Alhamdulilah saya mendapatkan majikan baru yang luar biasa baiknya. Di sinilah saya mulai berani jujur bahwa saya kuliah. Saya juga minta ijin untuk bisa sholat, puasa, dan mereka mendukung saya. Lagi-lagi Allah punya rencana lainnya yang lebih baik lagi.  Majikan yang ke-3 ini seperti ibu peri, luar biasa baik hati. Di negeri beton yang notabene sangat keras itu saya masih bisa menemukan bos yang sangat baik,” tukasnya. 

Sari masih berkisah, “karena majikan laki-laki sakit dan tidak bekerja, sehingga nyonya majikan mengalami kesulitan ekonomi.  Ia memutuskan kontrak kerja dan  membantu saya mencari pekerjaan baru, yang kemudian menjadi pekerjaan terakhir saya di Hong Kong.  Lagi-lagi nyonya yang baik hati tersebut membantu saya dengan memberikan status finis kontrak beserta gaji full. Akhirnya saya resmi pindah kerja.”

“Di rumah majikan yang ke-4 ini lumayan challenging, karena mereka tahu saya kuliah, dan ekspektasinya tinggi terhadap saya. Mereka memberikan tanggung jawab full tentang anak-anaknya, baik belajar maupun kebutuhan anak-anak lainnya. Belum lagi pekerjaan rumah yang harus saya handle. Mereka memberikan tempat tidur saya di area dapur supaya bisa belajar. Saya bisa istirahat kerja puul 11:00-12:00 malam, lalu membuka modul atau mengerjakan tugas kuliah sampai pukul 3:00 dini hari. Selanjutnya pukul 5:00 pagi bangun sholat subuh dan beraktivitas sampai pukul 11:00 malam lagi. Begitulah jadwal harian saya,” ungkapnya.

Sang Inspirasi Bernama Sari

Perjuangan Sari sungguh luar biasa. Ia sering menangis, pernah hampir menyerah, mau mundur saja dari perjuangannya kuliah. Tapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. “Bahwa saya akan pulang ke Indonesia dengan gelar sarjana, bukan saja gelar mantan TKI,” begitu kata Sari.

Ia selalu berdoa dan bermunajat, sholat tahajud tidak pernah ketinggalan. Ia melakukannya setiap malam selama bekerja sambil kuliah. Sari begitu bersyukur ketika bisa lulus tepat waktu.

“Selalu mengandalkan Allah SWT dalam setiap hal, kita boleh tinggal di negara yang mayoritas non muslim tapi kita juga harus memegang prinsip hidup,” tutur Sari.

Setelah perjalanan panjang antara bekerja dan kuliah. Sari awalnya selalu berpikir buruk, sedih dan juga nelangsa, kenapa harus sering berganti-ganti majikan. Ternyata di tempat majikan yang terakhir itulah Sari  belajar banyak hal.

“Dan ketika bisa lulus tepat waktu dengan bangganya saya sampaikan ke mereka, dan mereka begitu bangganya dengan pencapaian saya,” kenangnya.

Pada suatu malam, sebelum kepulangan Sari ke Indonesia, majikannya mengadakan farewell party untuknya. Majikannya dengan bangga menyampaikan bahwa Sari tidak melanjutkan kontrak kerja karena kuliahnya sudah selesai. Semua keluarga majikan yang hadir di acara tersebut terkejut. Mereka paham bagaimana sibuknya pekerjaan Sari di rumah tersebut, tapi bisa lulus kuliah. Semua memberikan apresiasi yang tinggi atas pencapaian Sari.

“Keep optimis dan yakin bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang berjuang,” pungkas Sari.

Saat ini Sari telah berkarier di tanah air, berkat perjuangan yang sangat melelahkan bertahun-tahun akhirnya ia bisa menikmati buahnya sekarang. Hidup tentram bersama keluarga dan terus berkarya untuk kemajuan dan perkembangan hidupnya yang semakin gemilang.

Sejak kepulangannya ke daerah kelahirannya pada 2016, Sari langsung turun gelanggang untuk berkarya. Berbekal ilmu yang ia raih saat kuliah di UTHKG, Sari mulai terjun ke dunia pendidikan.

Pada Juli 2016, Sari mulai mengajar di SMAN 1 Gunung Terang, sampai hari ini. Pernah juga menjadi guru di  SMK Buana dan SMP Istawa namun kemudian resign karena jadwal terlalu padat. Selain mengajar di sekolah, Sari juga mendirikan bimbingan belajar untuk murid dari berbagai jenjang sekolah. Jadwal Sari untuk berbagai kelas bimbel baik reguler maupun privat, membuatnya sangat sibuk dan hampir sulit untuk ditemui. Sari mengaku saat ini jumlah total muridnya ada sekitar 400 orang siswa.

Ketika pandemi Covid-19 melanda, anak-anak di daerahnya harus school from home, dan notabene tidak banyak kegiatan. Sari berinisiatif mendirikan rumah baca “Senja” untuk mengalihkan kejenuhan anak-anak tersebut. Rumah baca ini selanjutnya sudah terdaftar di Dinas Perpustakaan Daerah.

Berkat perjuangan yang luar biasa juga, saat itu Sari tengah hamil 4 bulan. Ia rela berkendaraan jauh sekali untuk mengurus perijinan demi berdirinya rumah baca yang kemudian bermanfaat untuk anak-anak di daerahnya. Sari berjuang mengenalkan kegiatan literasi dengan mendirikan rumah baca “Senja”.

Eksistensi seorang Sari dengan ilmunya, dengan pencapaiannya, kegigihannya dan perjuangannya membuat ia menjadi seorang yang sangat dibutuhkan oleh generasi-generasi yang lebih muda di daerahnya. Menjadi agen perubahan dan berkontribusi besar untuk mencerdaskan anak bangsa.

Sari juga berbagi motivasi kepada kita semua. “Pendidikan memang tidak menjadikan kita kaya, tetapi dengan pendidikan kita bisa menciptakan generasi yang kaya akan pengetahuan,” ucapnya.

Ia juga memberikan pesan dan berbagai nasihat untuk para sahabat yang masih berjuang di Hong Kong. “Jangan pernah menjadikan kesulitan yang kalian alami saat berjuang untuk pendidikan itu sebagai beban. Karena tidak ada kesuksesan yang dapat kita raih dengan instant dan mudah. Dan kelak kembalilah ke pangkuan ibu pertiwi dengan segudang prestasi bukan hanya sensasi yang tak berarti.” Demikian ucap Sari.

Kisah Sari sungguh menjadi pelajaran luar biasa untuk kita semua. Jatuh bangun tidak membuat ia menyerah justru semakin menciptakan ketangguhan untuk meraih asa dan mewujudkan cita-cita. Seperti peribahasa jepang, ‘jatuh tujuh kali bangun delapan kali’. Menjadi teladan dan inspirasi untuk generasi muda lainnya agar berani melangkah dan menciptakan perubahan demi hidup yang lebih cemerlang.

Pendidikan tinggi yang kini dapat kita akses lewat jalur mudah, dapat belajar kapanpun dan di manapun berada. Yaitu Universitas Terbuka yang tidak mengenal usia, telah mengantarkan seorang bernama Sari ke tempatnya yang penuh gemilang kesuksesan sekarang ini.

Kita sungguh berharap banyak Sari-sari yang akan muncul selanjutnya, generasi cerdas dan siap menjadi penopang perubahan serta penghulu ilmu pengetahuan.

*Tim redaksi Uthkg.com

Sang Inspirasi Bernama Sari

About the author : Nunik Cho
I'm nothing but everything