Buat orang Indonesia, bakso adalah salah satu kuliner favorit yang mudah dijumpai di mana-mana. Mungkin kamu pernah jalan-jalan ke food court atau penjaja makanan kaki lima yang menjualnya.

Di Indonesia rasanya tidak sulit menemukan penjual makanan berkuah yang punya aroma menggiurkan ini. Variasinya sangat beragam dan kadang bikin kita jadi bingung menentukan pilihan.

Kita bisa memilih untuk makan bakso klasik yang terbuat dari daging sapi dan daging ayam atau bakso kekinian seperti bakso aci dan bakso isi keju. Ternyata makanan yang satu ini diadaptasi dari negara lain? Tidak hanya itu, terciptanya bakso memiliki kisah tersendiri.

Namanya Adalah Gabungan Dari Bak Dan So Yang berbahan Daging Babi

Sejarah bakso dulunya terdiri dari dua kata dalam bahasa Mandarin, yaitu bak dan soBak berarti daging babi dan so berarti kuah. Jangan kaget soal itu, karena penduduk Tiongkok memang mengonsumsi daging babi.

Sejarah Bakso, Berawal Dari Ketulusan Anak Pada Ibunya

Masakan mereka juga banyak menggunakan daging babi. Sementara itu, dalam bahasa Hokkian atau bahasa Min Selatan, secara harfiah Bak-so berarti daging giling. Ketika masuk ke Indonesia, daging babi terganti dengan daging sapi, daging ayam, atau daging ikan. Memang namanya teradaptasi dari bahasa Mandarin, bahasa negeri Tirai Bambu.

Tapi sebagian menyebutkan bahwa ada kemungkinan bakso di Indonesia tidak hanya terpaut dengan bakso yang teradaptasi dari Tiongkok, tetapi juga dari negara-negara di Eropa, salah satunya Belanda.

Kisah Tentang Anak Berbakti Yang Ingin Memberikan Daging Kesukaan Ibunya

Sejarah bakso yang terbuat dari daging giling ini konon berawal dari keinginan seorang anak untuk membahagiakan Ibunya. Pada abad ke-17 di era dinasti Ming di Tiongkok, bakso dibuat oleh seseorang bernama Meng Bo di kota Fuzhou.

Meng Bo hidup bersama ibunya yang sudah cukup tua. Sang Ibu ternyata sangat menyukai daging, tetapi dengan keadaan di usia lanjut, memakan sesuatu dengan tekstur yang agak keras seperti daging tentu akan sulit. 

Meng Bo berusaha memikirkan cara untuk membuat masakan olahan daging yang bisa tersantap dengan mudah oleh Ibunya di usia senja, dan tentunya tetap enak.

Pertama Kali Muncul Karena Terinspirasi Dari Kue Mochi

Dalam proses mencari inspirasi, Meng Bo teringat akan kue mochi. Sumber lain menyebutkan lebih detail bahwa Meng Bo melihat tetangganya mengolah ketan menjadi kue mochi.

Sebelumnya, kue mochi lebih terkenal dengan tekstur yang lembut dan kenyal dengan cara menumbuk. Proses menumbuk ketan inilah yang kemudian Meng Bo coba. Daging yang alot akhirnya ditumbuk hingga halus, kemudian bentuk bulatan kecil tersebut direbus dengan kaldu hingga matang.

Olahan daging buatan Meng Bo ini tidak hanya membuat sang ibu bisa menyantap daging dengan mudah, tetapi rupanya merupakan sajian yang lezat. Ketulusan Meng Bo membuat kebahagiaan kecil bagi ibunya tidak hanya menciptakan sejarah bakso sebagai hidangan, tetapi juga membuat hidangan ini kemudian populer di kalangan tetangganya.

Dari Ketulusan Yang Akhirnya Berubah Jadi Kisah Bersejarah

‘Kelahiran’ bakso pun viral hingga ke penjuru kota Fuzhou, dan akhirnya sampai ke Indonesia. Tentunya resep, bumbu rempah, dan sajian pendamping bakso sudah tersesuaikan dan semakin berkembang.

Sejarah Bakso, Berawal Dari Ketulusan Anak Pada Ibunya

Namun, sampai sekarang ada hal otentik yang harus dan akan tetap menjadi ciri khas bakso, yaitu bulatan daging yang lembut. Saat memakannya kamu juga perlu hati-hati. 

Jika kebetulan baksonya terasa keras atau terlalu kenyal yang tidak normal, bau amis atau terasa tidak segar, patut waspada karena sudah banyak penjual yang bermain curang dalam proses produksinya. 

Tetapi, jangan takut untuk makan bakso, walaupun dari pedagang kaki lima. Yang jelas, dari kisah sejarah bakso ala Meng Bo kita bisa memetik nilai bahwa ketulusan yang baik akan berbuah kebaikan pula.

Sumber artikel: Dailysia.com

Sejarah Bakso, Berawal Dari Ketulusan Anak Pada Ibunya

UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang

About the author : Karl Guevara
Just Newbie