Siapa Pembunuh UMKM?
Oleh: Adian Napitupulu *
JUJUR saja, saya salah satu penggemar barang bekas. Tidak hanya pakaian bekas tapi juga bahan bangunan bekas, furniture bekas hingga marmer, tegel bahkan genteng bekas. Bahkan saya membangun desa wisata dan rumah berlantai marmer, pagar stainless, besi WF dari bekas bongkaran rumah dan gudang. Bagi saya membeli bahan bangunan bekas bagian dari komitmen menyelamatkan bumi dengan mengurangi sekian meter pemotongan gunung marmer dan mengurangi penebangan pohon untuk furniture.
Gerilya pakaian bekas, khususnya jaket kulit menjadi hiburan tersendiri untuk saya. Bahkan saya menganggapnya sebagai wisata yang menyegarkan karena menemukan banyak model unik yang tidak bisa dapat di mall, pasar bahkan Tanah Abang sebagai pasar pakaian terbesar di Asia Tenggara.
Kalau mengatakan bahwa pakaian _thrifting_ itu membunuh UMKM, maka ijin saya mau bertanya. Data apa yang digunakan para menteri itu?
Menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia, impor pakaian jadi dari negara Cina menguasai 80% pasar di Indonesia.
Kita ambil contoh, di tahun 2019 impor pakaian jadi dari Cina 64.660 ton. Sementara menurut data BPS pakaian bekas impor di tahun yang sama hanya 417 ton atau tidak sampai 0,6 % dari impor pakaian jadi dari Cina. Di tahun 2020 impor pakaian jadi dari Cina sebesar 51.790 ton. Sementara pakaian bekas impor hanya 66 ton atau 0,13% dari impor pakaian dari Cina. Tahun 2021 impor pakaian jadi dari Cina 57.110 ton. Sementara impor pakaian bekas sebesar hanya 8 ton atau 0,01% dari impor pakaian jadi dari Cina.
Jika impor pakaian jadi dari negara Cina mencapai 80%, lalu pakaian jadi impor Bangladesh, India, Vietnam dan sejumlah negara lain sekitar 15%, maka sisa ruang pasar bagi produk dalam negeri cuma tersisa maksimal 5%. Itu pun sudah perebutan antara perusahaan besar seperti Sritex, ribuan UMKM dan pakaian bekas impor.
Dari 417 ton impor pakaian bekas itu pun tidak semuanya bisa terjual ke konsumen karena ada yang tidak layak jual. Rata-rata yang bisa terjual hanya sekitar 25% hingga 30% saja atau di kisaran 100 ton saja.
Jika mengatakan bahwa pakaian bekas impor itu tidak membayar pajak maka itu juga bisa menjadi perdebatan. Karena data yang saya sampaikan di atas adalah data BPS yang tentunya juga harus tercatat juga di bea cukai.
Dari seluruh angka di atas maka sesungguhnya UMKM kita terbunuh oleh siapa? Mungkin urut-urutannya seperti ini. UMKM 80% terbunuh pakaian jadi impor dari Cina. Sementara pakaian jadi impor Cina saat ini tidak terbunuh, tapi sedang tergerogoti oleh pakaian bekas impor.
Jadi siapa sesungguhnya yang dibela oleh Mendag dan Menkop UMKM? Industri pakaian jadi di negara Cina atau UMKM Indonesia? Ayo kita sama-sama jujur.
Kenapa para menteri itu berlomba lomba mengejar, membakar dan menuduh pakaian bekas itu menjadi tersangka tunggal pelaku pembunuhan UMKM? Dan kenapa para menteri itu tidak berupaya mengevaluasi peraturan dan jajarannya untuk memberi ruang hidup lebih besar? Kenapa para menteri itu tidak berupaya melatih cara produksi? Kenapa para menteri itu tidak berupaya melatih cara marketing? Bahkan kalau perlu membantu para UMKM itu menerobos pasar luar negeri. Sekali lagi, mencari kambing hitam memang jauh lebih mudah dari pada memperbaiki diri.
Dari data di atas, sungguh saya tidak menemukan argumentasi rasional upaya pemburuan pelaku _thrifting_, selain dari permintaan para importir pakaian jadi yang menguasai 80% pasar Indonesia. Atau jangan-jangan perintah bumi hangus pakaian bekas ini permintaan istri pejabat yang tidak rela ada tukang ojek online yang pakai sepatu merk Bally dan mbak pedagang sayur yang pakai jaket Balenciaga. Atau mungkin anak para pejabat penggemar Rubicon protes keras ketika montir bengkel tempat Rubicon ganti oli ternyata pakai kaos branded.
Semoga nanti tidak ada kasus orang miskin teraniaya karena pakai baju branded yang dia beli di Gede Bage atau Pasar Senen. Karena kebetulan sama warna, merek dan motif dengan baju branded anak pejabat pemilik Rubicon itu. Konon anak pejabat kaya sering tersinggung berat kalo dapat saingan.
Akhir kata semoga para menteri tidak memberi data dan cerita yang tidak benar pada Presiden, terkait dampak pakaian bekas impor terhadap UMKM dan dampak pakaian baru impor dari negara Cina.
Hormat saya,
Bali, 18 Maret 2023
Siapa Pembunuh UMKM?
UTHKG; Desain website oleh Cahaya Hanjuang