Siti Aisyah Pahlawan Kemanusiaan
Penyelamat Sha Wang / Xiao Huang
Perempuan adalah ibu bumi dalam bentuk tubuh manusia, yang jika kepadanya kita menanamkan satu benih saja, maka ia akan mengembalikan memberi tumbuhnya sebuah pohon. Pohon yang bisa menjadi sumber nafas kehidupan dan meneduhi. Buahnya berkelimpahan sepanjang musimnya. Bagi semua makhluk.
Manusia agung paripurna adalah mereka yang selalu berbuat demi kemanusiaan, tidak hanya memikirkan diri sendiri.
~ Edie Nugroho ft. Cahaya Hanjuang ~
Siti Aisyah layak mendapat gelar pahlawan kemanusiaan.
Namanya Siti Aisyah, purna Pekerja Migran Indonesia di Taiwan, telah melakukan tindakan kemanusiaan yang hebat luar biasa. Ia telah melakukan pengorbanan sangat besar. Hal yang menimbulkan haru bagi kita semua, dan kesedihan tersendiri bagi Siti, justru bukan karena banyak hal yang telah ia korbankan bagi Sha Wang / Xiao Huang (Xiao = Adik, Huang = Marga). Justru Siti berharap sepenuhnya bisa mengasuh Sha Wang yang mengalami disabilitas down syndrome hingga akhir hayat, kematian yang memisahkan.
Sha Wang adalah anak dari majikan laki-laki Siti ketika ia bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia di Taiwan.
Sha Wang sendiri, menurut pengakuan Siti, telah mendapatkan vonis dari dokter di Taiwan bahwa usianya hanya akan bertahan sampai 32 tahun. Itu artinya tersisa waktu 6 tahun lagi dari sekarang.
Pengorbanan Siti tidak sebatas oleh pribadinya sendiri. Ia dengan segenap welas asih dan ketulusan telah berhasil menumbuhkan welas asih di dalam pribadi banyak orang. Kita bisa menyimak video di sejumlah channel YouTube dan banyak artikel pemberitaan di media berita online.
Siti menumbuhkan welas asih, cinta dan kasih sayang di dalam keluarganya sendiri. Ibunya yang telah 15 tahun masih bekerja di Taiwan, suami yang juga masih bekerja di Taiwan, ketiga anak-anaknya, serta sauda-saudara Siti sendiri. Semua mereka telah merelakan dan mendukung keputusan Siti, bahkan bekerja keras untuk membantunya dalam hal pembiayaan hidup, pengobatan dan mengurus Sha Wang setiap hari.
Lebih hebat karena dengan segala stiwa tersebut, Siti sekeluarga tetap bisa membangun dan menjaga keharmonisan di dalam keluarga. Berharap benar demikian adanya, dan sehat bahagia selalu mereka semua.
Hebatnya lagi, semua kisah ini nyaris tidak banyak masyarakat yang tahu selama kurun waktu sekitar 10 tahun. Sungguh sebuah laku guna kemanusiaan yang tanpa pamrih, hanya Siti, keluarganya, dan ayah Sha Wang yang melakoni dengan tabah. Hingga kisah ini menjadi cukup terkenal dan fenomenal sekarang.
Kemanusiaan telah memanunggalkan Siti dan Sha Wang, beserta segala yang ada di lingkungan sekitarnya. Termasuk batasan-batasan dan perbedaan-perbedaan.
Sadar atau tidak, suka atau tidak, setuju atau tidak, Siti telah dengan luar biasa dan tabah melampaui banyak batasan dan perbedaan. Segala batasan dan perbedaan yang sejujurnya telah memenjarakan manusia menjadi berpikir terlalu sempit. Siti Aisyah dan Sha Wang tidak ada hubungan darah sebagai keluarga, mereka berbeda kewarganegaraan, jelas artinya berbeda suku atau ras. Bahkan keyakinan religi pun sama sekali berbeda.
Kisah Singkat Siti Aisyah Pahlawan Kemanusiaan
Kisah Siti berawal di tahun 2013, ketika ia menjadi Pekerja Migran Indonesia di Taiwan. Siti mendapatkan pekerjaan di rumah ayah Sha Wang, yang tugasnya memang untuk merawat Sha Wang ketika itu berusia 16 tahun.
Ayah Sha Wang menurut siti sudah berusia lanjut, kita bisa mendapat sedikit gambaran dari foto di atas, telah hidup terpisah dari ibu kandung dan kakak kandung Sha Wang. Ia bekerja sebagai tenaga keamanan. Penghasilan dari pekerjaannya, setelah memenuhi berbagai kebutuhan hidup, masih sanggup membayar gaji Siti. Jika dalam nilai rupiah, menurut Siti, uang gaji yang ia terima saat itu bernilai sekitar 8 jutaan.
Di usia 16 tahun Sha Wang belum bisa berjalan normal. Saat ini berkat ketelatenan Siti, Sha Wang sudah bisa berjalan sendiri, meski masih belum bisa bicara.
Perihal ibu kandung dan kakak kandung Sha Wang, kita bisa menyimak di video-video dan di artikel-artikel pemberitaan terkait di media lain saja. Siti ada sedikit menuturkannya.
Baca juga : | TKW Bawa Pulang Anak Majikan Disabilitas |
---|
Singkat cerita, setelah bekerja selama 6 tahun, tahun 2019, kontrak kerja Siti selesai dan ia tidak memperpanjangnya lagi. Saat itu Siti dan sang ayah menghadapi dilema kelanjutan mengurus Sha Wang. Mereka mencoba mendapatkan panti asuhan, sayangnya tidak ada yang bisa menerima saat itu.
Keputusan akhirnya, sang ayah memberi tawaran untuk Siti membawa Sha Wang ke Indonesia. Tujuannya agar bisa tetap mengurus dan merawatnya. Siti bertekad dan menyetujuinya. Alasan paling memungkinkan jelas karena saat itu hanya Siti yang bisa mengerti dan memperlakukan Sha Wang dengan lebih baik, sementara sang ayah sudah sering sakit-sakitan.
Siti pulang ke Indonesia bersama kakak Sha Wang yang mengantarnya. Bahkan konon sang kakak sempat tinggal selama seminggu di Indonesia.
Di tahun 2021 ayah Sha Wang meninggal. Jika sebelumnya Siti masih mendapat kiriman dari sang ayah untuk biaya merawat dan pengobatan, maka setelahnya adalah masa sulit bagi Siti. Meski juga sebelumnya, konon, sang ayah sudah pernah menghibahkan uang sebesar 100 juta rupiah kepada Siti.
Jika Siti menuturkan bahwa ibunya saat ini telah 15 tahun berada di Taiwan, itu berarti sang ibu telah bekerja di Taiwan 5 tahun lebih dulu dari pada Siti. Di Taiwan Siti berjumpa jodoh dengan suaminya yang kedua. Anak dari suami kedua Siti saat ini berusia 3 tahun.
Dari suami pertama, Siti memiliki 2 orang anak. Anak pertama sudah lulus SMA, sedangkan anak kedua akan masuk SMP.
Terutama, persoalan besar yang mereka hadapi saat ini untuk ke depannya adalah ijin tinggal Sha Wang yang sudah berakhir dan berstatus over stay sejak sekian waktu lalu.
Kita tentu bisa membayangkan, betapa sulitnya situasi ekonomi Siti sekeluarga di saat itu. Hal yang mendorong ibu dan anak, keduanya memutuskan menjadi Pekerja Migran Indonesia di Taiwan. Masa 10 tahun, kita juga tentu tidak bisa bersikap kerdil membayangkan bahwa ia kini sudah memiliki rumah layak huni dan usaha warung. Kita perlu menelusuri masa-masa susah perjuangan mereka merintis pada awalnya.
Sejumlah sumber telah memberikan kabar bahwa pihak Imigrasi telah menegaskan bahwa Sha Wang perlu mengalami deportasi, baik dari pemerintah Indonesia maupun Taiwan. Berharap ada campur tangan pemerintah memberikan kebijakan terbaik demi berlanjutnya perjuangan kemanusiaan ini.
Siti Aisyah Pahlawan Kemanusiaan
UT Hong Kong & Macau; Desain website oleh Cahaya Hanjuang