Suka Duka Petani Di Desaku

Dewasa ini anda tentunya sering mendengar atau bahkan mengalami sendiri pendapatan petani tidak sebanding dengan modal dan tenaga yang mereka keluarkan. Penyebabnya adalah harga jual panen yang terus merosot, sedangkan pembelian pupuk dan biaya pemeliharaan sangat mahal.

Biaya hidup yang sangat mahal, menjadikan petani kebingungan dalam mengelola keuangan. Seperti harus membiayai anak sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Apalagi beberapa tahun terakhir ini ada wabah virus Covid-19 yang melanda dunia tentunya menambah penderitaan mereka.

Langkah seperti apakah yang harus mereka ambil untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pendapatan?

Membuka lapangan kerja di desa-desa terpencil kemungkinan bisa menjadi tambahan pundi-pundi rupiah untuk menyambung hidup mereka. Misalnya seperti mengadakan kursus menjahit, kursus make up, yang bisa menambah keahlian penduduk desa. Hal tersebut bisa menciptakan lapangan kerja untuk mereka sendiri agar bisa meningkatkan perekonomian mereka. Tanpa harus merantau bekerja di kota untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Perjuangan Petani Jagung

Contoh suka dukanya petani ini misalnya petani jagung. Mereka harus menunggu tiga sampai empat bulan untuk panen, sedangkan tenaga, biaya dan hasil panen sangat tidak seimbang.

Dengan tahapan proses tanam sebagai berikut. Untuk tanah sepuluh meter persegi harus dicangkul selama sehari jika dikerjakan satu orang pecangkul. Benih jagung yang mereka butuhkan 1 kg dengan harga Rp 50.000. Penanaman benih membutuhksn waktu selama dua jam. Selanjutnya dua minggu kemudian tumbuh rumput-rumput liar yang memerlukan penyiangan atau pembersihan.

Menyiangi rumput butuh waktu sehari untuk lahan seluas itu. Selain itu menyiangi rumput juga harus mereka lakukan lagi sebulsn kemudian.

Lahan juga memerlukan pemupukan dua kali selama masa tanam, menggunakan dua jenis pupuk. Petani jagung membutuhkan 3 – 4 kg pupuk, dengan kisaran harga Rp 45.000.

Tiba waktunya panen, perlu waktu satu hari untuk memanen. Setelah itu masih memerlukan pengeringan dan pengolahan. Sampai hasil panen jagung siap jual memerlu kan waktu sekitar satu minggu.

Ketika hasil panen baik petani mendapatkan 40 – 50 kg jagung dengan harga Rp 3000 per kg. Setiap tahun petani hanya bisa panen dua kali karena jumlah air yang kurang memadai, yaitu masih mengandalkan air hujan.

Jika kita melihat proses panjang tersebut tentu sangat tidak sebanding dengan hasil panen dan mahalnya harga kebutuhan hidup sehari-hari mereka

Sekiranya ada siapapun yang ingin membantu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran petani di desa kami, dengan senang hati kami menyambutnya. Sehingga generasi penerus di desa kami tidak harus merantau ke kota dan ke luar negeri untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Karena pendapatan yang tidak seimbang dengan kebutuhan hidup sehari-hari, mereka terpaksa bersekolah hanya sampai tamat SMA atau bahkan SMP. Selain itu juga banyak dari mereka yang sudah lulus sarjana tetapi menganggur. Keadaan tersebut akhirnya mengubah pemikiran mereka bahwa sekolah tinggi-tinggi dan mengeluarkan biaya banyak, tetapi tidak mendapatkan pekerjaan sesuai keahlian maka mereka semakin putus asa.

Minimnya pengetahuan tentang menjadi wirausahawan juga menjadi salah satu hambatan dan tantangan untuk mereka, sehingga menimbulkan banyaknya pengangguran.

Di sini saya memiliki keyakinan bahwa ketika ada dorongan dan motivasi yang lebih besar, pasti keadaan mereka bisa lebih baik dari pada sekarang ini. Mereka juga bisa mengolah dan memproses hasil pertanian tersebut menjadi makanan siap saji.

Mereka tidak harus menjual hasil pertanian ke kota dalam bentuk mentah yang membutuhkan pemrosesan di pabrik. Yang ketika sudah menjadi produk makanan olahan harganya sangat mahal untuk dikonsumsi penduduk desa kami.

Semoga dengan tulisan ini pembaca mampu tergerak hatinya untuk membantu mendirikan pabrik pengolahan hasil panen mereka, sehingga perekonomian di desa kami bisa berputar dengan sangat baik, dan masyarakatnya sejahtera.

Suka Duka Petani Di Desaku

uthkg.com; Desain Website oleh Hanjuang-Klub Cahaya

About the author : atik winda
Tell us something about yourself.